digilib@itb.ac.id +62 812 2508 8800

Abstrak_Amelia
PUBLIC Open In Flipbook yana mulyana

Diabetes Melitus tipe 2 merupakan penyakit metabolik kronis yang ditandai dengan resistensi insulin dan gangguan sekresi insulin, sehingga menyebabkan hiperglikemia persisten. Metformin merupakan terapi lini pertama untuk DM tipe 2 yang bekerja melalui aktivasi AMPK guna menurunkan glukoneogenesis hepatik dan meningkatkan uptake glukosa di jaringan perifer. Di sisi lain, Andrographis paniculata (sambiloto) adalah tanaman obat tradisional Indonesia yang diketahui memiliki aktivitas antihiperglikemua, terutama melalui senyawa aktifnya, andrografolid, yang meningkatkan ekspresi GLUT-4 dan sensitivitas insulin. Kombinasi penggunaan metformin dan sambiloto secara empiris cukup umum, namun potensi interaksi farmakokinetik dan farmakodinamik di antara keduanya belum banyak dikaji secara sistematis. Penelitian ini bertujuan untuk mengevaluasi interaksi farmakokinetik dan farmakodinamik antara metformin dan ekstrak sambiloto terhadap tikus jantan model diabetes tipe 2 yang diinduksi dengan nicotinamide dan streptozotocin. Tikus Wistar jantan dibagi menjadi tiga kelompok : kontrol positif, metformin tunggal (100 mg/kg BB), dan kombinasi metformin (100 mg/kg BB) dengan ekstrak sambiloto (70 mg/kg BB). Sampel darah diambil secara berulang selama 8 jam pasca pemberian oral, pada titik 0; 0,25; 0,5; 0,75; 1; 2; 3; 4; 6;, dan 8 jam. Konsentrasi metformin dalam plasma dianalisis dengan KCKT dan kadar glukosa darah diukur dengan metode GOD-PAP. Parameter farmakokinetik dianalisis dengan pendekatan nonkompartemen, sedangkan efek farmakodinamik dianalisis berdasarkan Area Above Curve (AAC) dan persentase penurunan glukosa darah. Hasilnya, kombinasi metformin dan sambiloto mempercepat waktu tercapainya konsentrasi maksimum metformin (tmax = 0,25 jam) dibandingkan metformin tunggal (tmax = 0,75 jam). Namun, nilai Cmax dan AUC0-8 yang dihasilkan kombinasi metformin dan sambiloto juga lebih rendah secara signifikan (p<0,05) dibandingkan dengan metformin tunggal. Secara farmakodinamik, kombinasi ini menurunkan kadar glukosa darah lebih cepat pada jam pertama, namun penurunan tidak bertahan lama karena waktu paruh andrografolid dan senyawa lain dalam ekstrak sambiloto relatif pendek. Efek sinergis antara aktivasi AMPK—yang menyebabkan inhibisi proses glukoneogenesis liver dan peningkatan sensitivitas sel terhadap insulin—oleh metformin, peningkatan ekspresi GLUT-4 oleh andrografolid, dan peningkatan sekresi insulin oleh komponen dalam ekstrak sambiloto memunculkan efek antihiperglikemia cepat, tetapi tidak signifikan dalam jangka panjang. Sehingga kombinasi metformin dan ekstrak sambiloto dapat mempercepat onset antihiperglikemia, namun tidak meningkatkan bioavailabilitas metformin secara keseluruhan. Penggunaan kombinasi ini perlu dikaji lebih lanjut terkait efek jangka panjang dan potensi interaksinya terhadap transporter atau enzim.