Peningkatan emisi karbon dioksida (CO?) telah mendorong adopsi teknologi
Carbon Capture and Storage (CCS) sebagai bagian dari strategi Net Zero Emission
(NZE) pada tahun 2060. Namun, tantangan terbesar dalam implementasi CCS
terletak pada aspek keekonomian dan kerangka fiskal yang belum sepenuhnya
mendukung daya tarik investasi. Penelitian ini bertujuan untuk mengevaluasi dan
mengoptimalkan parameter fiskal yang berpengaruh terhadap kelayakan ekonomi
proyek CCS, khususnya pada kasus yang terintegrasi dengan pengembangan
lapangan minyak dan gas dengan kandungan CO? tinggi.
Studi kasus dilakukan pada Struktur X di wilayah lepas pantai Indonesia dengan
kandungan CO? sekitar 45%. Data hasil evaluasi teknis menunjukkan kelayakan
injeksi CO? melalui simulasi reservoir dan desain fasilitas permukaan yang
terintegrasi. Simulasi menunjukkan bahwa reservoir mampu memproduksikan
minyak dan gas dengan baik selama durasi proyek serta menyimpan CO? dalam
jangka panjang dengan mekanisme residual trapping dan kumulatif injeksi sebesar
671 BSCF (34,99 juta ton CO?). Fasilitas pemrosesan dan injeksi dirancang untuk
menangani pemisahan, kompresi, dan injeksi tanpa mengganggu operasi produksi
hidrokarbon.
Evaluasi keekonomian dilakukan berdasarkan model Production Sharing Contract
(PSC) Cost Recovery yang disesuaikan dengan Peraturan Menteri ESDM No. 16
Tahun 2024 tentang kegiatan penyimpanan karbon. Pada skenario dasar, proyek
menghasilkan IRR sebesar 10,66%, NPV sebesar US$ 36,02 juta, dan POT selama
15.62 tahun, yang belum memenuhi ambang kelayakan dengan asumsi MARR
15%. Hasil analisis sensitivitas terhadap delapan parameter fiskal, yaitu investment
credit (IC), first tranche petroleum (FTP), contractor split (untuk minyak dan gas),
CCS service fee, efisiensi capital expenditure (CAPEX), royalti, dan pajak
menunjukkan bahwa parameter CCS service fee dan pajak merupakan variabel
paling sensitif terhadap IRR. Strategi parameter fiskal kemudian disusun
menggunakan metode DoE two-level full factorial design untuk mencari kombinasi
insentif yang mampu meningkatkan IRR hingga ambang kelayakan sebesar 15%.
Hasilnya menunjukkan bahwa IRR sebesar 15% dapat dicapai jika ditetapkan CCS service fee sebesar US$ 50/ton dan storage fee sebesar US$ 30/ton. Alternatif
lainnya adalah kombinasi antara peningkatan contractor split, efisiensi CAPEX,
dan pemberian investment credit sebesar 15%.
Hasil ini menegaskan pentingnya dukungan fiskal dan fleksibilitas kontraktual
dalam menarik investasi CCS, khususnya di lapangan migas yang memiliki
berbagai tantangan. Penelitian ini memberikan kontribusi dalam pengembangan
model evaluasi ekonomi CCS berbasis PSC serta menawarkan strategi fiskal yang
aplikatif bagi pembuat kebijakan dan industri. Pendekatan ini dapat menjadi
referensi dalam penyusunan insentif fiskal yang adaptif untuk mempercepat
implementasi CCS di Indonesia.
Perpustakaan Digital ITB