Kegiatan pertambangan nikel laterit di wilayah tropis memiliki potensi melepaskan
logam berat seperti kromium (Cr) ke lingkungan, terutama dalam bentuk Cr(VI)
yang bersifat toksik, larut dalam air, dan bermobilitas tinggi. Cr(VI) dapat terbentuk
dari oksidasi Cr(III) akibat pelapukan mineral dalam kondisi redoks oksidatif,
khususnya pada sistem tambang terbuka. Penelitian ini bertujuan mengkaji evolusi
geokimia dan perilaku Cr, terutama Cr(VI), dalam air lindi hasil pelindian batuan
nikel laterit melalui uji kinetik metode kolom pelindian selama 20 siklus mingguan
terhadap sampel ore dan overburden dari daerah pertambangan nikel laterit di
Sulawesi Selatan, Indonesia. Analisis mineralogi dilakukan menggunakan XRD
dan XRF sebelum dan sesudah pelindian untuk mengetahui fasa mineral dan
komposisi unsur. Selain itu, pemodelan geokimia menggunakan PHREEQC
dilakukan untuk mengevaluasi spesiasi Cr dan keseimbangan muatan larutan.Hasil uji kinetik menunjukkan bahwa Cr(VI) hanya terdeteksi pada sampel ore
(Petea & Sorowako), terutama ore Sorowako, dengan konsentrasi tertinggi
mencapai 0,1428 mg/L. Sebaliknya, Cr(VI) tidak terdeteksi pada sampel
overburden meskipun memiliki komposisi Cr tinggi dalam mineralnya. Hasil XRD
menunjukkan adanya perubahan fasa mineral setelah pelindian, menunjukkan
pelepasan Cr(III) dari mineral seperti goethite dan antigorite. Pemodelan
PHREEQC menunjukkan bahwa spesies dominan Cr(VI) dari air pelindian adalah
CrO?²? dan HCrO??, sesuai dengan kondisi pH netral dan lingkungan oksidatif.
Perbedaan dapat dipengaruhi oleh ketersediaan Cr(III) dalam bentuk larut, yang
bergantung pada karakteristik mineraloginya. Fotokimia ringan juga mungkin
berkontribusi, akan tetapi belum terkonfirmasi langsung. Temuan ini
mengindikasikan bahwa pelapukan batuan ore nikel laterit berpotensi menjadi
sumber utama pencemaran Cr(VI), dan pengelolaan tambang perlu
mempertimbangkan pencegahan paparan ore reaktif serta pengendalian pH dan
aliran limpasan untuk menekan risiko pelepasan Cr(VI).
Perpustakaan Digital ITB