Peningkatan aktivitas antropogenik di wilayah Kota dan Kabupaten Bekasi dapat
meningkatkan risiko pencemaran udara. Dibutuhkan studi yang secara
komprehensif memberikan informasi tentang beban emisi dan distribusinya sebagai
dasar ilmiah dalam penyusunan kebijakan pengendalian pencemaran udara. Studi
inventarisasi emisi dilakukan untuk menentukan besaran beban emisi yang
dihasilkan dari setiap aktivitas antropogenik. Digunakan model GAINS
(Greenhouse Gas and Air Pollution Interactions and Synergies) untuk menghitung
emisi dari sektor industri, pembangkit, transportasi, residensial, komersial,
pengelolaan sampah, dan agrikultur. Hasil menunjukkan bahwa sektor transportasi
menyumbang emisi tertinggi untuk BC, NOx, VOC, dan CO, sedangkan sektor
pembangkit berkontribusi terbesar dalam emisi PM10, PM2.5, SO?, dan CO?. sektor
agrikultur berkontribusi terbesar untuk emisi NH? dan N2O dan pengelolaan sampah
berkontribusi terbesar untuk emisi CH4. Pada analisis distribusi spasial, wilayah
yang termasuk dalam grid dengan sentroid berkoordinat -6.11810°, 107.05131° dan
-6.29705°, 107.10592° menjadi wilayah dengan beban emisi tertinggi pada setiap
parameter tinjauan karena adanya unit pembangkit dan sentra industri masingmasing pada grid tersebut. Pemodelan dispersi untuk parameter PM??, PM?.?, SO?,
NO?, dan CO menunjukkan bahwa parameter PM??, PM?.?, SO?, dan NO2 memiliki
konsentrasi maksimum yang melebihi ambang batas baku mutu udara ambien
sesuai PP Nomor 22 Tahun 2021.
Perpustakaan Digital ITB