digilib@itb.ac.id +62 812 2508 8800

Abstrak
PUBLIC Open In Flipbook Nugi Nugraha

TPA Sarimukti merupakan salah satu lokasi penimbunan sampah di Kabupaten Bandung Barat yang berpotensi melepaskan emisi senyawa BTEX (benzena, toluena, etilbenzena, dan xilena) yang bersifat volatil serta dapat berdampak pada kualitas udara dan kesehatan masyarakat. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui konsentrasi rata-rata emisi BTEX, menganalisis pola sebarannya, dan menentukan area dengan potensi konsentrasi tertinggi berdasarkan hasil pemodelan. Pengukuran BTEX dilakukan pada empat titik pengamatan, pada area zona timbunan sampah (A, B, dan C) dan area IPAL (D), menggunakan metode NIOSH 1501, dan data lapangan digunakan untuk validasi hasil simulasi model agar mendekati kondisi aktual. Estimasi laju emisi dihitung menggunakan LandGEM, sedangkan pola dispersi dianalisis dengan AERMOD yang mempertimbangkan kondisi meteorologi dan topografi setempat. Rata-rata konsentrasi tertinggi diperoleh pada titik B dan C, masing-masing sebesar 57,2 µg/m³ dan 66,3 µg/m³, sedangkan titik A dan D menunjukkan nilai lebih rendah, yaitu 54,2 µg/m³ dan 55,6 µg/m³. Pola sebaran BTEX dipengaruhi oleh arah angin dominan dari selatan–barat daya menuju utara–timur laut dengan kecepatan rendah serta diperkuat oleh bentuk topografi cekungan, sehingga akumulasi polutan cenderung terjadi pada sisi utara area operasional. Hasil AERMOD menunjukkan bahwa konsentrasi maksimum simulasi 3 jam mencapai 90,4 µg/m³ untuk benzena, 60,4 µg/m³ untuk toluena, 7,51 µg/m³ untuk etilbenzena, dan 37,8 µg/m³ untuk xilena. Pada rata-rata 24 jam, konsentrasi masing-masing senyawa adalah 40,5; 27,1; 3,37; dan 16,9 µg/m³. Wilayah permukiman menunjukkan konsentrasi jauh lebih rendah, menandakan bahwa dampak emisi BTEX paling signifikan terjadi di dalam area operasional landfill. Temuan ini menegaskan pentingnya aktivitas landfill, meteorologi, dan topografi dalam mengendalikan dispersi BTEX serta menjadi dasar bagi strategi mitigasi kualitas udara di sekitar TPA