Limbah organik yang dihasilkan peternakan merupakan salah satu tantangan lingkungan karena potensinya sebagai pencemar maupun sumber penyakit baik bagi komoditas budidaya maupun manusia. Salah satu pendekatan yang terbilang murah dan mudah diaplikasikan adalah dengan pendekatan biologis menggunakan agen makrofauna seperti larva serangga. Aplikasi larva serangga dapat menghasilkan produk turunan yang dapat meningkatkan nilai dari pengolahan limbah organik. Dari semua jenis serangga, larva serangga yang banyak digunakan untuk mengatasi masalah limbah organik adalah larva lalat tentara hitam (Hermetia illucens) dikarenakan kemampuannya untuk mereduksi limbah serta mengkonversi limbah menjadi sumber protein alternatif yang dapat digunakan di berbagai industri. Faktor yang paling memengaruhi kehidupan lalat tentara hitam (H. Illucens) adalah kualitas dan kuantitas pakan yang digunakan. Salah satu upaya optimalisasi untuk meningkatkan kualitas pakan adalah dengan penembahan pakan tambahan, dalam penelitian ini menggunakan bungkil inti sawit. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui pengaruh dari campuran bungkil inti sawit sebagai pakan campuran dan 10 % limbah darah sapi terhadap performa pertumbuhan serta kemampuan dekomposisi dari larva lalat tentara hitam (H.illucens). Campuran pakan diberikan kepada larva dengan tingkat pemberian pakan yang berbeda, yaitu 50, 100, 200, 300 dan 400 mg/larva/hari. Kemudian dilihat pengaruhnya terhadap pertumbuhan berupa berat, panjang, laju pertumbuhan, dan karakteristik larva yang dihasilkan,. Selain pertumbuhan, dilihat juga pengaruhnya terhadap perkembangan, lalu konsumsi berupa WRI (waste reduction index) yaitu indikator yang menunjukan kemampuan larva untuk mengonsumsi atau mereduksi pakan dan FCR (Feed Conversion Ratio) yaitu rasio antara konsumsi pakan dan pertambahan berat larva dalam rentang waktu tertentu, dan yang terakhir kelulushidupan. Hasil penelitian menunjukkan bahwa tingkat pemberian pakan memengaruhi berat, panjang, laju pertumbuhan, WRI dan FCR (Kruskal-Wallis p<0,05). Sedangkan untuk kelulushidupan, tingkat pemberian pakan tidak memengaruhi kelulushidupan larva (Kruskal-Wallis, p>0,05). Tingkat pemberian pakan 100 mg/larva/hari menghasilkan FCR terendah yaitu sebesar 14,7 dan laju kelulushidupan tertinggi yairu sebesar 91,4 %. Tingkat pemberian pakan 200 mg/larva/hari menghasilkan berat tertinggi yaitu sebesar 156,8 mg. Kemudian tingkat pemberian pakan 300 mg/larva/hari menghasilkan laju pertumbuhan tertinggi sebesar 5,97 mg/lava/hari dan tingkat pemberian pakan 400 mg/larva/hari
menghasilkan panjang tertinggi yaitu 14,98 mm dan WRI tertinggi sebesar 28,27 %. Kesimpulan yang didapatkan dari penelitian ini adalah pencampuran dari bungkil inti sawit dan 10 % limbah darah sapi pada tingkat pemberian pakan 100 mg/larva/hari atau lebih menghasilkan performa tumbuh, perkembangan, konsumsi, dan kelulushidupan yang tinggi.
Perpustakaan Digital ITB