Fasilitas Pengolahan Sementara (ITF) Nambo merupakan proyek infrastruktur pengolahan sampah di Jawa Barat yang mengalami keterlambatan signifikan akibat tantangan finansial dan kelembagaan. Meskipun proyek ini telah ditenderkan dengan skema Kerja Sama Pemerintah dan Badan Usaha (KPBU), proyek gagal mencapai financial close karena keterbatasan ekuitas, belum adanya kepastian pendapatan dari produk keluaran, serta sulitnya mendapatkan pinjaman jangka panjang. Penelitian ini mengeksplorasi bagaimana blended finance dapat digunakan untuk meningkatkan kelayakan finansial dan bankabilitas proyek.
Menggunakan data dari Final Business Case (2015) dan Feasibility Study (2022), enam skenario keuangan dimodelkan untuk menilai pengaruh berbagai variabel seperti rasio utang terhadap ekuitas, harga RDF, bunga dan tenor pinjaman, dan pemanfaatan instrumen pembiayaan konsesional. Development Finance Institution (DFI) Enhanced Principle juga digunakan untuk melihat kelayakan proyek dalam menggunakan blended finance.
Hasil simulasi menunjukkan bahwa dalam skenario dasar, proyek hanya layak secara marginal tapi menjadi tidak layak dengan kondisi pasar yang konservatif. Namun, dengan menambahkan pinjaman konsesional dan jaminan kredit, struktur pembiayaan menjadi lebih efisien dan proyek menjadi layak secara finansial. Skenario optimal menunjukkan penurunan WACC menjadi 6,14%, IRR sebesar 6,47%, dan NPV positif, bahkan dengan asumsi harga RDF yang konservatif. Nilai DSCR juga memenuhi batas minimum yang disyaratkan oleh lembaga keuangan.
Penelitian ini merekomendasikan strategi blended finance yang menggabungkan dana konsesional dan instrumen penjaminan untuk menurunkan risiko dan membuat proyek menjadi bankable sehingga menarik investasi swasta. Temuan ini memberikan wawasan praktis bagi pembuat kebijakan dan pengembang proyek dalam membuka akses pembiayaan untuk infrastruktur publik di sektor pengelolaan sampah.
Perpustakaan Digital ITB