Komitmen Pemerintah Indonesia untuk mencapai Net Zero Emissions pada tahun 2060 menempatkan fokus strategis pada percepatan pengembangan energi terbarukan, termasuk pembangkit listrik tenaga air dan mini-hidro. Meskipun memiliki potensi besar, proyek-proyek mini-hidro menghadapi berbagai tantangan. PT Sarana Multi Infrastruktur (Persero) (PT SMI), sebagai lembaga keuangan yang didukung oleh pemerintah, diharapkan memainkan peran katalis dalam mengatasi hambatan tersebut. Namun demikian, portofolio PT SMI di sektor energi terbarukan, khususnya pada proyek-proyek hidro, masih memiliki ruang untuk pertumbuhan, sehingga dibutuhkan solusi inovatif untuk meningkatkan kelayakan proyek dan daya tarik pembiayaannya.
Penelitian ini menggunakan pendekatan metode campuran (mixed-methods), yang mengombinasikan wawasan kualitatif dari wawancara dengan pemangku kepentingan dan analisis komparatif kuantitatif atas rasio keuangan (IRR, NPV, DSCR, PLCR, WACC) antara proyek-proyek yang menggunakan blended finance dan yang tidak. Studi kasus difokuskan pada delapan proyek hidro untuk mensimulasikan berbagai skenario pembiayaan dengan tingkat penerapan blended finance yang berbeda.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa blended finance secara signifikan meningkatkan bankabilitas dan kelayakan finansial proyek, khususnya untuk proyek mini-hidro di bawah 10 MW, melalui penurunan biaya modal dan perbaikan rasio keuangan. Proyek-proyek yang memperoleh dukungan hibah investasi menunjukkan nilai DSCR dan IRR yang lebih tinggi, sehingga lebih menarik bagi pemberi pinjaman swasta. Namun, keterbatasan saat ini dalam proses pencairan hibah, struktur internal, dan kebijakan penetapan harga mengurangi efektivitas peran PT SMI. Studi ini mengusulkan strategi bundling terstruktur atas instrumen keuangan dan rencana strategis untuk memperkuat kemitraan dengan mitra strategis guna meningkatkan dampak dan mendukung transformasi PT SMI menjadi lembaga pembiayaan pembangunan (development finance institution).
Perpustakaan Digital ITB