digilib@itb.ac.id +62 812 2508 8800

Kelelahan merupakan kondisi fisik atau mental yang ditandai dengan penurunan energi, rasa lelah yang berlebihan, dan berkurangnya kapasitas untuk melakukan aktivitas sehari-hari. Kelelahan fisik secara khusus mengacu pada penurunan fungsi otot akibat aktivitas berlebihan atau kurang istirahat, yang dapat menyebabkan rasa lelah, nyeri otot, dan berkurangnya performa fisik. Penyebab utama kelelahan fisik meliputi aktivitas fisik yang berat, kurang tidur, stres, dan kekurangan nutrisi. Penanganan kelelahan bertujuan untuk memulihkan energi tubuh, mengurangi rasa lelah, dan meningkatkan daya tahan fisik. Albedo semangka merupakan limbah pertanian yang sering terbuang, namun memiliki kandungan senyawa aktif yang berpotensi bermanfaat bagi kesehatan. Beberapa penelitian menunjukkan bahwa albedo semangka mengandung senyawa seperti sitrulin, flavonoid, dan antioksidan yang dapat membantu mengurangi kelelahan fisik. Sitrulin, misalnya, berperan dalam meningkatkan aliran darah dan mengurangi akumulasi asam laktat di otot, sehingga mempercepat pemulihan setelah aktivitas fisik. Selain itu, bagian albedo semangka mengandung senyawa fenolik dan flavonoid serta memiliki kemampuan antioksidan yang baik. Albedo semangka juga mengandung berbagai mineral penting seperti kalium (K), magnesium (Mg), fosfor (P), seng (Zn), iodin (I), besi (Fe), kalsium (Ca), dan natrium (Na) yang berperan dalam menjaga keseimbangan elektrolit dan fungsi otot, sehingga mendukung pemulihan dari kelelahan fisik. Produksi semangka di Indonesia mencapai 849.092 ton pada tahun 2022, diperkirakan meningkat menjadi 870.500 ton pada tahun 2023, dan 890.000 ton pada tahun 2024. Dengan asumsi albedo semangka menyumbang sekitar 40% dari berat total, potensi limbah albedo semangka yang dihasilkan adalah sekitar 339.636,8 ton pada tahun 2022, 348.200 ton pada tahun 2023, dan 356.000 ton pada tahun 2024. Limbah ini dapat dimanfaatkan sebagai bahan baku yang bernilai tambah, khususnya dalam pengembangan produk kesehatan. Penelitian ini bertujuan untuk memanfaatkan albedo semangka sebagai agen anti-kelelahan. Penelitian dilakukan melalui pemeriksaan kualitas bahan uji, pengujian efikasi secara in vivo untuk mengevaluasi pengaruhnya terhadap kelelahan fisik, pengujian mekanisme kerja secara in vitro dan in silico, uji keamanan bahan uji secara in vitro dan in silico, serta optimasi pembuatan sediaan yang sesuai. Albedo semangka yang digunakan dalam penelitian ini diperoleh dari buah semangka yang dipanen di lima wilayah penghasil semangka terbesar di Indonesia, yaitu Langkat (Provinsi Sumatera Utara), Lombok Tengah (Provinsi Nusa Tenggara Barat), Hulu Sungai Tengah (Provinsi Kalimantan Selatan), Sragen (Provinsi Jawa Tengah), dan Jember (Provinsi Jawa Timur). Hasil pengukuran menunjukkan bahwa kadar arginin dan sitrulin terbanyak ditemukan pada bagian albedo semangka dengan metode pengeringan menggunakan pemanasan oven pada suhu 60 derajat Celsius selama 2 x 24 jam. Kadar sitrulin tertinggi sebesar 68,42 mg/g yang berasal dari albedo semangka dari wilayah Hulu Sungai Tengah (Provinsi Kalimantan Selatan). Albedo semangka dari wilayah Hulu Sungai Tengah (Provinsi Kalimantan Selatan) juga tidak mengandung cemaran logam berat seperti arsen (As), kadmium (Cd), merkuri (Hg), dan timbal (Pb), sehingga aman untuk dikonsumsi manusia. Uji secara in vivo pada mencit selama 35 hari dengan 3 variasi dosis yakni 200 mg, 400 mg, dan 600 mg memperlihatkan bahwa durasi berenang pada mencit yang diberi albedo semangka (Citrullus lanatus) meningkat signifikan pada dosis dosis 600 mg/kg menjadi 188,7 ± 9,0 detik (P<0,05), dibandingkan dengan kelompok kontrol negatif pada 83,3 ± 9,5 detik (P<0,05). Hasil pada kelompok yang diberi albedo semangka sebanding dengan kelompok kontrol positif yang diberi sitrulin, yang menunjukkan durasi 188,7 ± 9,0 detik (p<0,05). Perbedaan statistik diuji menggunakan Anova satu arah diikuti dengan uji perbandingan berganda Tukey, dan perbedaan dianggap signifikan pada P<0,05 dibandingkan dengan kelompok kontrol negatif yang diberi aquades dan kelompok kontrol positif yang diberi sitrulin. Kemampuan mengatasi kelelahan juga ditandai dengan penurunan kadar asam laktat dalam darah. Hasil uji menunjukkan bahwa kelompok kontrol mengalami peningkatan kadar laktat yang signifikan hingga mencapai 11,2 ± 0,7 mg/dL (P<0,05), sedangkan kelompok uji WR-3 9,4 ± 0,2 mg/dL (p<0,05). Kadar laktat darah pada semua kelompok uji mendekati kelompok sitrulin, yang menunjukkan kadar 8,6 ± 0,9 mg/dL (p<0,05). Artinya semua kelompok uji mampu menurunkan kadar laktat darah namun tidak ada yang lebih baik dari kelompok sitrulin. Pengujian anti kelelahan dilanjutkan pada remaja laki-laki sehat dengan rentang usia 18-25 tahun. Jumlah subjek yang terlibat sebanyak 30 orang yang terbagi menjadi 3 kelompok uji yakni kelompok plasebo, kelompok uji 1 dengan dosis 600 mg (WR-D), dan kelompok uji 2 dengan dosis 800 mg (WR-E). Pemberian sampel dilakukan selama 28 hari. Nilai indeks kelelahan (FIP) pada post-test menunjukkan perubahan yang menarik. Kelompok Plasebo mengalami peningkatan FIP dari 7,19±1,33 menjadi 11,16±2,35, menunjukkan peningkatan kelelahan setelah intervensi. Sebaliknya, kelompok WR-D dan WR-E justru mengalami penurunan FIP, masing-masing dari 11,14±2,96 menjadi 5,79±1,87 dan dari 8,56±1,12 menjadi 6,45±1,96. Hal ini mengindikasikan bahwa intervensi pada kelompok WR-D dan WR-E efektif dalam mengurangi tingkat kelelahan dan meningkatkan pemulihan. Kadar sitrulin meningkat signifikan pada kelompok WR-D (27,48±17,01 µmol/L) dan WR-E (28,03±12,97 µmol/L), sementara menurun pada kelompok Plasebo (-22,19±10,44 µmol/L). Peningkatan ini sejalan dengan peningkatan kadar nitric oxide (NO), terutama pada kelompok WR-E (27,65±8,77 IU/L). Penurunan kadar kreatin kinase (CK) dan Blood Urea Nitrogen (BUN) pada kelompok WR-D dan WR-E menunjukkan efisiensi metabolik yang lebih baik, serta penurunan stres atau kerusakan otot akibat aktivitas anaerobik intensif. Kesimpulan penelitian ini menunjukkan bahwa albedo semangka memiliki potensi sebagai bahan alami untuk mengatasi kelelahan fisik berkat kandungan senyawa bioaktif seperti sitrulin, flavonoid, dan antioksidan. Hasil uji membuktikan efektivitas albedo semangka dalam meningkatkan daya tahan fisik dan mempercepat pemulihan, dengan performa yang setara dengan sitrulin murni. Melimpahnya limbah albedo semangka di Indonesia juga memberikan nilai tambah dari segi ekonomi dan lingkungan. Temuan ini menawarkan peluang pengembangan produk kesehatan berbasis albedo semangka, meski diperlukan penelitian lebih lanjut untuk menyempurnakan formulasi dan membuktikan efektivitasnya dalam skala yang lebih besar.