Kelelahan merupakan kondisi fisik atau mental yang ditandai dengan penurunan
energi, rasa lelah yang berlebihan, dan berkurangnya kapasitas untuk melakukan
aktivitas sehari-hari. Kelelahan fisik secara khusus mengacu pada penurunan fungsi
otot akibat aktivitas berlebihan atau kurang istirahat, yang dapat menyebabkan rasa
lelah, nyeri otot, dan berkurangnya performa fisik. Penyebab utama kelelahan fisik
meliputi aktivitas fisik yang berat, kurang tidur, stres, dan kekurangan nutrisi.
Penanganan kelelahan bertujuan untuk memulihkan energi tubuh, mengurangi rasa
lelah, dan meningkatkan daya tahan fisik.
Albedo semangka merupakan limbah pertanian yang sering terbuang, namun
memiliki kandungan senyawa aktif yang berpotensi bermanfaat bagi kesehatan.
Beberapa penelitian menunjukkan bahwa albedo semangka mengandung senyawa
seperti sitrulin, flavonoid, dan antioksidan yang dapat membantu mengurangi
kelelahan fisik. Sitrulin, misalnya, berperan dalam meningkatkan aliran darah dan
mengurangi akumulasi asam laktat di otot, sehingga mempercepat pemulihan
setelah aktivitas fisik. Selain itu, bagian albedo semangka mengandung senyawa
fenolik dan flavonoid serta memiliki kemampuan antioksidan yang baik. Albedo
semangka juga mengandung berbagai mineral penting seperti kalium (K),
magnesium (Mg), fosfor (P), seng (Zn), iodin (I), besi (Fe), kalsium (Ca), dan
natrium (Na) yang berperan dalam menjaga keseimbangan elektrolit dan fungsi
otot, sehingga mendukung pemulihan dari kelelahan fisik.
Produksi semangka di Indonesia mencapai 849.092 ton pada tahun 2022,
diperkirakan meningkat menjadi 870.500 ton pada tahun 2023, dan 890.000 ton
pada tahun 2024. Dengan asumsi albedo semangka menyumbang sekitar 40% dari
berat total, potensi limbah albedo semangka yang dihasilkan adalah sekitar
339.636,8 ton pada tahun 2022, 348.200 ton pada tahun 2023, dan 356.000 ton pada
tahun 2024. Limbah ini dapat dimanfaatkan sebagai bahan baku yang bernilai
tambah, khususnya dalam pengembangan produk kesehatan. Penelitian ini
bertujuan untuk memanfaatkan albedo semangka sebagai agen anti-kelelahan.
Penelitian dilakukan melalui pemeriksaan kualitas bahan uji, pengujian efikasi
secara in vivo untuk mengevaluasi pengaruhnya terhadap kelelahan fisik, pengujian
mekanisme kerja secara in vitro dan in silico, uji keamanan bahan uji secara in vitro
dan in silico, serta optimasi pembuatan sediaan yang sesuai. Albedo semangka yang
digunakan dalam penelitian ini diperoleh dari buah semangka yang dipanen di lima
wilayah penghasil semangka terbesar di Indonesia, yaitu Langkat (Provinsi
Sumatera Utara), Lombok Tengah (Provinsi Nusa Tenggara Barat), Hulu Sungai
Tengah (Provinsi Kalimantan Selatan), Sragen (Provinsi Jawa Tengah), dan Jember
(Provinsi Jawa Timur).
Hasil pengukuran menunjukkan bahwa kadar arginin dan sitrulin terbanyak
ditemukan pada bagian albedo semangka dengan metode pengeringan
menggunakan pemanasan oven pada suhu 60 derajat Celsius selama 2 x 24 jam.
Kadar sitrulin tertinggi sebesar 68,42 mg/g yang berasal dari albedo semangka dari
wilayah Hulu Sungai Tengah (Provinsi Kalimantan Selatan). Albedo semangka dari
wilayah Hulu Sungai Tengah (Provinsi Kalimantan Selatan) juga tidak
mengandung cemaran logam berat seperti arsen (As), kadmium (Cd), merkuri (Hg),
dan timbal (Pb), sehingga aman untuk dikonsumsi manusia. Uji secara in vivo pada
mencit selama 35 hari dengan 3 variasi dosis yakni 200 mg, 400 mg, dan 600 mg
memperlihatkan bahwa durasi berenang pada mencit yang diberi albedo semangka
(Citrullus lanatus) meningkat signifikan pada dosis dosis 600 mg/kg menjadi 188,7
± 9,0 detik (P<0,05), dibandingkan dengan kelompok kontrol negatif pada 83,3 ±
9,5 detik (P<0,05). Hasil pada kelompok yang diberi albedo semangka sebanding
dengan kelompok kontrol positif yang diberi sitrulin, yang menunjukkan durasi
188,7 ± 9,0 detik (p<0,05). Perbedaan statistik diuji menggunakan Anova satu arah
diikuti dengan uji perbandingan berganda Tukey, dan perbedaan dianggap
signifikan pada P<0,05 dibandingkan dengan kelompok kontrol negatif yang diberi
aquades dan kelompok kontrol positif yang diberi sitrulin.
Kemampuan mengatasi kelelahan juga ditandai dengan penurunan kadar asam
laktat dalam darah. Hasil uji menunjukkan bahwa kelompok kontrol mengalami
peningkatan kadar laktat yang signifikan hingga mencapai 11,2 ± 0,7 mg/dL
(P<0,05), sedangkan kelompok uji WR-3 9,4 ± 0,2 mg/dL (p<0,05). Kadar laktat
darah pada semua kelompok uji mendekati kelompok sitrulin, yang menunjukkan
kadar 8,6 ± 0,9 mg/dL (p<0,05). Artinya semua kelompok uji mampu menurunkan
kadar laktat darah namun tidak ada yang lebih baik dari kelompok sitrulin.
Pengujian anti kelelahan dilanjutkan pada remaja laki-laki sehat dengan rentang
usia 18-25 tahun. Jumlah subjek yang terlibat sebanyak 30 orang yang terbagi
menjadi 3 kelompok uji yakni kelompok plasebo, kelompok uji 1 dengan dosis 600
mg (WR-D), dan kelompok uji 2 dengan dosis 800 mg (WR-E). Pemberian sampel
dilakukan selama 28 hari.
Nilai indeks kelelahan (FIP) pada post-test menunjukkan perubahan yang menarik.
Kelompok Plasebo mengalami peningkatan FIP dari 7,19±1,33 menjadi
11,16±2,35, menunjukkan peningkatan kelelahan setelah intervensi. Sebaliknya,
kelompok WR-D dan WR-E justru mengalami penurunan FIP, masing-masing dari
11,14±2,96 menjadi 5,79±1,87 dan dari 8,56±1,12 menjadi 6,45±1,96. Hal ini
mengindikasikan bahwa intervensi pada kelompok WR-D dan WR-E efektif dalam
mengurangi tingkat kelelahan dan meningkatkan pemulihan. Kadar sitrulin
meningkat signifikan pada kelompok WR-D (27,48±17,01 µmol/L) dan WR-E
(28,03±12,97 µmol/L), sementara menurun pada kelompok Plasebo (-22,19±10,44
µmol/L). Peningkatan ini sejalan dengan peningkatan kadar nitric oxide (NO),
terutama pada kelompok WR-E (27,65±8,77 IU/L). Penurunan kadar kreatin kinase
(CK) dan Blood Urea Nitrogen (BUN) pada kelompok WR-D dan WR-E
menunjukkan efisiensi metabolik yang lebih baik, serta penurunan stres atau
kerusakan otot akibat aktivitas anaerobik intensif. Kesimpulan penelitian ini
menunjukkan bahwa albedo semangka memiliki potensi sebagai bahan alami untuk
mengatasi kelelahan fisik berkat kandungan senyawa bioaktif seperti sitrulin,
flavonoid, dan antioksidan. Hasil uji membuktikan efektivitas albedo semangka
dalam meningkatkan daya tahan fisik dan mempercepat pemulihan, dengan
performa yang setara dengan sitrulin murni. Melimpahnya limbah albedo semangka
di Indonesia juga memberikan nilai tambah dari segi ekonomi dan lingkungan.
Temuan ini menawarkan peluang pengembangan produk kesehatan berbasis albedo
semangka, meski diperlukan penelitian lebih lanjut untuk menyempurnakan
formulasi dan membuktikan efektivitasnya dalam skala yang lebih besar.
Perpustakaan Digital ITB