Kondisi pengelolaan sampah Kota Cimahi saat ini mencapai tingkat pengelolaan
95,20%. Dengan timbulan sampah 230,21 ton/hari pada tahun 2023, persentase
penanganannya adalah 74,27% diangkut ke TPA dan pengurangannya baru
mencapai 20,94% untuk aktvitas daur ulang dan pembatasan timbulan di sumber.
Sehingga, perlu adanya alternatif pengolahan sampah yang lebih optimal untuk
meningkatkan persentase pengurangan sampah dan menurunkan beban timbulan
sampah ke TPA. Melalui program Improvement of Solid Waste Management to
Support Regional and Metropolitan Cities Project (ISWMP) yang dikelola oleh
kerjasama antara Balai Prasarana Permukiman Wilayah Jawa Barat dan Dinas
Lingkungan Hidup Kota Cimahi direncanakan operasional fasilitas TPST dengan
teknologi Refuse Derived Fuel (RDF) dan pengolahan black soldier fly (BSF) untuk
material organik yang berkapasitas 50 ton/hari. Target pelayanan dari rencana
fasilitas TPST ini adalah sumber sampah dari Stasiun Peralihan Antara (SPA)
Sangkuriang. Fasilitas pengumpul ini melayani 3 wilayah yang terdiri dari 3
kelurahan yakni, Kelurahan Cipageran, Kelurahan Citeureup, dan Kelurahan
Padasuka. Dengan jumlah RW terlayani sebanyak 36 dan kapasitas TPS adalah 39
m3
/hari. Sampah dari masing-masing wilayah pelayanan (sumber sampah) diangkut
menggunakan gerobak (50%), motor sampah (36,4%), dan pick up (13,6%).
Penelitian ini akan ditinjau bagaimana manfaat maupun dampak lingkungan yang
timbul dari aktivitas pengelolaan sampah menjadi energi yang telah diterapkan di
Kota Cimahi. Sehingga, dapat dievaluasi untuk pengembangan teknologi yang tepat
dalam meminimalisir dampak yang timbul dari pengelolaan sampah tersebut.
Metoda life cycle assessment (LCA) digunakan untuk mengukur dampak
lingkungan dari rencana operasional TPST di Kota Cimahi. Ruang lingkup
penelitian ini adalah cradle to gate, dengan unit fungsional 1 ton sampah yang
diolah. Inventori emisi maupun aliran limbah dari rencana fasilitas TPST di Kota
Cimahi dibagi ke dalam 3 subsistem yakni, Subsistem Transportasi, Subsistem
TPST Santiong, dan Subsistem TPST Lebak Saat. Pengolahan data dilakukan
menggunakan software OpenLCA 2.3.1 dengan metoda penilaian dampak CML
IA-Baseline vers 4.7 tahun 2016. Saat ini, kapasitas pengolahan sampah pada uji
coba operasional TPST Santiong dan TPST Lebak Saat adalah 15.246,51 kg/hari
atau 15,247 ton/hari. Dampak lingkungan yang ditimbulkan dari rencana fasilitas
TPST di Kota Cimahi menghasilkan dampak global warming potential sebesar
9,30E+05 kg CO2eq; human toxicity potential sebesar 1,51E+01 kg 1,4-DB eq;
acidification potential sebesar 8,12E+00 kg SO2eq; dan eutrophication potential
iv
sebesar 1,48E+01 kg PO4-eq. Dampak global warming potential merupakan
dampak tertinggi dengan nilai normalisasi 2,22E-08. Sementara, hostpot signifikan
dari rencana fasilitas TPST di Kota Cimahi adalah penggunaan skid steer loader.
Hal tersebut disebabkan oleh tingginya emisi CO2 dari konsumsi solar untuk
kegiatan operasional TPST yang menggunakan alat berat dengan kontribusi
dampak sebesar 9,30E+05 kg CO2eq yang mencapai nilai kontribusi 99,99%.
Potensi peningkatan kinerja rencana fasilitas TPST di Kota Cimahi untuk
mereduksi dampak lingkungan adalah melalui penerapan biodrying dengan
teknologi aerasi untuk menangani material organik sebagai bahan baku RDF yang
menurunkan beban penggunaan skid steer loader.