Target Net Zero Emission (NZE) Indonesia pada tahun 2060 mendorong sektor
ketenagalistrikan untuk mengembangkan solusi untuk menurunkan penggunaan
bahan bakar fosil sebagai sumber energi primer pada pembangkit listrik yang masih
mendominasi. Salah satu solusinya adalah melakukan cofiring pada Pembangkit
Listrik Tenaga Gas (PLTG) dengan hidrogen (H2). Hidrogen akhir-akhir ini
menjadi sorotan sebagai bahan bakar bersih dan berkelanjutan mengingat hasil
pembakarannya yang tidak menghasilkan karbon. Oleh karena itu, perlu dilakukan
kajian lebih lanjut terkait cofiring hidrogen pada turbin gas.
Penelitian ini akan menggunakan perangkat lunak Aspen HYSYS untuk
memodelkan turbin gas aeroderivative TM2500+ yang dioperasikan di PLTG
Maleo. Selanjutnya dilakukan simulasi rasio volume hidrogen dari 0% - 100%
terhadap gas alam pada volume campuran bahan bakar konstan dan Turbine Inlet
Temperature (TIT) konstan. Selain analisis termodinamika, akan dilakukan
analisis tekno-ekonomi terhadap biaya modal dan biaya operasional untuk
mengevaluasi kelayakan penggunaan hidrogen sebagai bahan bakar cofiring.
Hasil penelitian menunjukkan parameter operasi turbin gas aeroderivative tetap
berada dalam batas operasional saat rasio cofiring volume hidrogen berkisar antara
0% hingga 90%. Peningkatan efisiensi termodinamika sebesar 2,19% diamati saat
rasio volume hidrogen ditingkatkan menjadi 100%. Terjadi penurunan emisi CO2,
mencapai 100% pada rasio hidrogen 100%. Investasi biaya modal yang diperlukan
untuk infrastruktur hidrogen adalah 429.638 USD. Adapuin total biaya operasional
meningkat 19,92% pada skenario 1 (3,75 USD/kgH2), sedangkan pada skenario 2
(2,00 USD/kgH2) terjadi penurunan 9,04% terhadap biaya operasional saat
menggunakan 100% gas alam.