digilib@itb.ac.id +62 812 2508 8800

Target Net Zero Emission (NZE) Indonesia pada tahun 2060 mendorong sektor ketenagalistrikan untuk mengembangkan solusi untuk menurunkan penggunaan bahan bakar fosil sebagai sumber energi primer pada pembangkit listrik yang masih mendominasi. Salah satu solusinya adalah melakukan cofiring pada Pembangkit Listrik Tenaga Gas (PLTG) dengan hidrogen (H2). Hidrogen akhir-akhir ini menjadi sorotan sebagai bahan bakar bersih dan berkelanjutan mengingat hasil pembakarannya yang tidak menghasilkan karbon. Oleh karena itu, perlu dilakukan kajian lebih lanjut terkait cofiring hidrogen pada turbin gas. Penelitian ini akan menggunakan perangkat lunak Aspen HYSYS untuk memodelkan turbin gas aeroderivative TM2500+ yang dioperasikan di PLTG Maleo. Selanjutnya dilakukan simulasi rasio volume hidrogen dari 0% - 100% terhadap gas alam pada volume campuran bahan bakar konstan dan Turbine Inlet Temperature (TIT) konstan. Selain analisis termodinamika, akan dilakukan analisis tekno-ekonomi terhadap biaya modal dan biaya operasional untuk mengevaluasi kelayakan penggunaan hidrogen sebagai bahan bakar cofiring. Hasil penelitian menunjukkan parameter operasi turbin gas aeroderivative tetap berada dalam batas operasional saat rasio cofiring volume hidrogen berkisar antara 0% hingga 90%. Peningkatan efisiensi termodinamika sebesar 2,19% diamati saat rasio volume hidrogen ditingkatkan menjadi 100%. Terjadi penurunan emisi CO2, mencapai 100% pada rasio hidrogen 100%. Investasi biaya modal yang diperlukan untuk infrastruktur hidrogen adalah 429.638 USD. Adapuin total biaya operasional meningkat 19,92% pada skenario 1 (3,75 USD/kgH2), sedangkan pada skenario 2 (2,00 USD/kgH2) terjadi penurunan 9,04% terhadap biaya operasional saat menggunakan 100% gas alam.