digilib@itb.ac.id +62 812 2508 8800

Abstrak - Jen Megah Bremanda Sembiring
Terbatas  Irwan Sofiyan
» Gedung UPT Perpustakaan

Pelaksanaan cofiring atau pembakaran kombinasi di Pembangkit Listrik Tenaga Uap (PLTU) kerap dinilai baik dari aspek lingkungan karena sebagian kebutuhan batu bara tergantikan oleh biomassa yang merupakan energi bersih. Namun, aspek keenergian dari pemanfaatan biomassa sebagai bahan bakar juga perlu dinilai untuk melihat untung-rugi energi pengaplikasian cofiring karena biomassa memiliki densitas energi yang lebih rendah. Pada penelitian ini, untung rugi energi cofiring batu bara dengan biomassa dinilai berdasarkan nilai EROEI energi listrik yang dihasilkan di PLTU. Perhitungan ditentukan berdasarkan boundary point of use dengan meninjau tiga tahapan pemanfaatan bahan bakar yaitu capturing, transportation, dan processing. Cofiring dianggap dilaksanakan pada PLTU existing berteknologi subkritik dengan teknik pembakaran direct co-combustion dan fraksi energi cofiring 1?99%. Bahan bakar yang digunakan adalah batu bara berdensitas energi 18000 MJ/m3 dengan 8 biomassa berdensitas energi pada rentang 1800?8000 MJ MJ/m3. Berdasarkan kalkulasi, diperoleh nilai EROEI energi listrik pada kondisi coal-firing adalah sebesar 7,86. Saat cofiring dilaksanakan, masuknya biomassa berdensitas energi lebih besar 6000 MJ/m3 menunjukkan kenaikan nilai EROEI energi listrik seiring peningkatan fraksi energi cofiring-nya dan penurunan nilai EROEI saat saat biomassa berdensitas energi lebih rendah dari 6000 MJ/m3 dimasukkan. Seluruh nilai EROEI energi listrik cofiring yang diperoleh lebih besar dari 2 (dua) sehingga dapat dikatakan bahwa pelaksanaan cofiring berpredikat produktif energi. Variasi spesifikasi alat berat material handling dan laju volumetrik bahan bakar tidak memengaruhi hasil akhir perhitungan nilai EROEI, variasi efisiensi PLTU memberikan pengaruh hingga 3%, dan variasi jarak transportasi truk pengantar biomassa memberikan pengaruh hingga 13%.