Telah dibuktikan bahwa kelembapan memiliki manfaat yang signifikan di berbagai
bidang. Sebagai contoh, kelembapan memengaruhi kualitas embrio ayam petelur,
kestabilan obat, tingkat korosi pada logam, serta kenyamanan dalam suatu ruangan.
Terdapat berbagai jenis alat ukur kelembapan, atau yang dikenal sebagai
higrometer. Berdasarkan metode pengukurannya, higrometer dapat dibedakan
menjadi dua jenis, yaitu higrometer dengan metode pengukuran langsung dan
higrometer dengan metode pengukuran tidak langsung.
Metode pengukuran langsung dimaksudkan higrometer tersebut mengukur secara
langsung istilah kelembapannya seperti kelembapan relatif dan suhu titik embun.
Contoh higrometer dengan metode ini adalah higrometer elektronik, higrometer
rambut, dew-point hygrometer (chilled mirror hygrometer/ CMH). Sementara
higrometer dengan metode pengukuran tak langsung adalah higrometer yang
mengukur istilah kelembapan melalui sensor suhu dan sensor tekanan atau sensor
lainnya. Contoh dari higrometer jenis ini adalah psychrometer dan generator
kelembapan (humidity generator).
Pengukuran kelembapan yang benar dapat dijamin apabila higrometer yang
digunakan telah tertelusur ke satuan Sistem Internasional (SI unit). Supaya
tertelusur, higrometer tersebut harus dikalibrasi. Secara umum, kalibrasi adalah
membandingkan penunjukan dua alat dimana salah satunya menjadi acuan atau
standar yang sering disebut dengan kalibrator. Syarat kalibrator adalah memiliki
akurasi lebih tinggi daripada alat yang dikalibrasi. Untuk higrometer, puncak dari
ketertelusuran higrometer adalah generator kelembapan.
Penelitian ini dimaksudkan untuk menghadirkan ketertelusuran higrometer yaitu
dengan menyediakan sistem kalibrator sensor suhu titik embun dari gas di sekitar
titik saturasi uap yang disebut juga sebagai dew-point generator (DPG). Standar ini
akan mendampingi generator kelembapan yang sudah ada, yaitu generator
kelembapan komersial 2500 ST buatan Thunde Scientific. Berbeda dengan 2500
ST yang memiliki prinsip two-pressure (2P), sistem yang dibangun memiliki
prinsip single temperature (1-T). Gas yang disediakan oleh pompa gas dijenuhkan
di ruang saturator yang tercelup pada media bak air dengan suhu terkontrol. Dengan demikian suhu titik embun yang dihasilkan akan sama atau dekat dengan suhu
saturator.
Keterbaruan dari sistem ini adalah pemanfaatan micro-bubble aerator komersial
untuk proses penjenuhannya. Benda tersebut tersambung dengan heat-exchanger
berbentuk koil yang berdiameter 15 cm, terbuat dari pipa baja tahan karat (stainless
steel) yang berdiameter 10 mm dan panjang 6 m. Pemanasan pipa keluaran gas 25
°C lebih tinggi dari suhu bak dilakukan mulai dari kurang lebih 5 cm dibawah
permukaan air. Tujuannya adalah untuk menghilangkan pengaruh suhu lingkungan
saat pipa yang muncul di atas permukaan air semakin panjang akibat penurunan
level permukaan air dikarenakan penguapan. Kombinasi bubble aerator dengan
kendali suhu berbasis PID (Proporsional Integral Derivatif) mempercepat
kesetimbangan termodinamika antara udara/gas dan air di dalam saturator sehingga
efisiensi saturator sama atau mendekati 100%.
Penelitian ini meliputi tiga kajian yaitu: Penentuan ketidakpastian formulasi
tekanan jenuh uap air yang diformulasikan oleh Koutsoyiannis, pemodelan dan
simulasi suhu titik embun yang dihasilkan dari sebuah bubble aerator, serta
karakterisasi DPG.
Kajian pertama melibatkan penurunan formulasi berdasarkan mekanika statistik,
serta implementasinya pada pengukuran kelembapan relatif dan suhu titik embun
oleh generator kelembapan 2500 ST. Hasil dari kajian ini berupa ketidakpastian
formulasi Koutsoyiannis yang lebih baik daripada formulasi Magnus dengan nilai
0,1 % pada rentang suhu -12 °C hingga 50 °C.
Kajian kedua mengimplementasikan metode Monte Carlo yang melibatkan
bilangan random dengan distribusi tertentu. Berdasarkan data pengukuran diameter
gelembung, maka kecepatan gelembung dapat ditentukan. Kecepatan gelembung
ini terkait dengan transfer panas antara gelembung dengan air di dalam saturator
saat proses penjenuhan berlangsung. Dengan mengasumsikan suhu titik embun
sama dengan suhu gelembung saat lepas dari permukaan air, didapatkan hasil yang
memuaskan dengan eksperimen.
Kajian ketiga adalah karakterisasi DPG. Langkah pertama adalah membandingkan
suhu titik embun yang dihasilkannya dengan CMH model 473 buatan MBW
Langkah kedua adalah menelusurkan DPG dengan nilai acuan hasil uji banding
regional Asia Pacific Metrology Program (APMP.T-K8) Dew Point Temperature
+30 °C to +95 °C untuk mencari akurasinya. Hasil dari kegiatan ini
menginformasikan bahwa efisiensi saturator sebesar 100 % dan akurasi DPG
bernilai ±0,07 °C.
Tempat kegiatan penelitian ini adalah laboratorium suhu SNSU-BSN, Komplek
Puspiptek Gedung 420 Setu Tangerang Selatan 15314 serta kampus ITB Bandung.
Perpustakaan Digital ITB