digilib@itb.ac.id +62 812 2508 8800

ABSTRAK_MUHAMAD IHSAN AMINUDDIN
PUBLIC Lili Sawaludin Mulyadi

Pencemaran udara telah menjadi perhatian utama bagi kesehatan masyarakat dan keberlanjutan lingkungan, terutama di wilayah yang berkembang pesat. Kabupaten Indramayu, sebagai salah satu kontributor utama pertumbuhan ekonomi di Jawa Barat, menghadapi tekanan yang semakin meningkat akibat tingginya tingkat aktivitas yang secara signifikan memengaruhi kualitas udara di wilayah tersebut. Oleh karena itu, studi pencemaran udara yang terintegrasi diperlukan untuk menjadi dasar dalam pengembangan kebijakan publik dan rencana pengendalian pencemaran udara yang terpadu. Dalam penelitian ini, inventarisasi emisi dilakukan di Kabupaten Indramayu untuk polutan CO, CO2, NOx, SOx, dan Partikulat (PM2.5 dan PM10) di sektor transportasi, pertanian, dan domestik. Pedoman utama yang digunakan dalam penelitian ini adalah "Pedoman Pengembangan Inventarisasi Emisi di Asia Timur 2011," "EMEP/EEA Emission Inventory Guidebook 2019," dan "2006 IPCC Guidelines for National Greenhouse Gas Inventories," dengan pendekatan Tier 1 untuk sektor pertanian dan domestik, sedangkan pendekatan Tier 2 digunakan untuk sektor transportasi dengan pendekatan top-down dan bottom-up. Hasil penelitian menunjukkan bahwa sektor transportasi menghasilkan 6.379.242,04 ton CO2, 86.466,15 ton NOx, 796,36 ton PM2.5, dan 2.010,84 ton PM10. Sementara itu, sektor pertanian menghasilkan 1.262.554,96 ton CO, 64,31 ton SOx, 53.996,03 ton NOx, 1.194,48 ton PM2.5, dan 124.687,11 ton PM10, dan sektor domestik menghasilkan 0,86 ton CO, 0,0099 ton SOx, 1,70 ton NOx, 0,17 ton PM2.5 dan PM10. Emisi tertinggi yang diperkirakan adalah CO2 dengan 6568,59 ribu ton/tahun di mana sektor transportasi menyumbang 97% dari total emisi CO2.