digilib@itb.ac.id +62 812 2508 8800

ABSTRAK - Syadza Hanifah
PUBLIC Alice Diniarti

Lipid sel tunggal atau Single Cell Oil (SCO) merupakan salah satu alternatif asam lemak tak jenuh ganda (PUFA) omega-3 dan omega-6 sebagai suplemen makanan untuk mencegah berbagai penyakit inflamasi dan kardiovaskular. SCO memiliki banyak keunggulan diantaranya, kultivasi berlangsung cepat, tidak dipengaruhi oleh iklim, dan tidak membutuhkan lahan yang luas. Namun, produksi SCO skala industri seringkali terkendala oleh biaya produksi yang besar. Biaya sumber karbon merupakan faktor utama yang berkontribusi terhadap biaya sekitar 60-80% dari total biaya produksi. Oleh karena itu, pemanfaatan sumber karbon terbarukan yang murah sangat diperlukan agar produksi SCO layak secara ekonomi. Nira kelapa sawit merupakan salah satu alternatif sumber karbon yang kaya akan makronutrien dan mikronutrien, seperti gula (glukosa, fruktosa, sukrosa, arabinosa, dan galaktosa), asam amino (serin, asam glutamat, dan alanin), asam organik (asam malat, asam maleat, asam sitrat), mineral dan vitamin (vitamin B dan vitamin C). Nira kelapa sawit banyak melimpah di Indonesia. Oomycetes merupakan salah satu mikroorganisme yang mampu memproduksi PUFA. Namun, Oomycetes sebagai penghasil PUFA masih jarang dilakukan di Indonesia. Oleh karena itu, penelitian ini bertujuan untuk mengisolasi Oomycetes dari alam sebagai mikroorganisme oleaginous penghasil PUFA, mengkarakterisasi dan mengidentifikasi isolat Oomycetes oleaginous, dan mengoptimasi produksi lipid isolat Oomycetes oleaginous menggunakan gula merah kelapa sawit sebagai media fermentasi. Pada penelitian ini, dilakukan pengisolasian yang diawali dengan pengumpanan isolat dari kolam ikan di daerah Kota Bandung. Isolat yang diperoleh kemudian dilakukan karakterisasi morfologi secara makroskopik dan mikroskopik menggunakan mikroskop. Isolat Oomycetes kemudian diidentifikasi secara genomic. Kemampuan akumulasi PUFA isolat Oomycetes diuji secara kualitatif dengan uji TTC (trifeniltetrazolium chloride) dan dikonfirmasi secara kuantitatif dengan GC-MS. Optimasi produksi lipid isolat Oomycetes diawali dengan pembuatan kurva radial dan kurva adaptasi untuk menentukan umur inokulum. Parameter yang dioptimasi antara lain, konsentrasi gula merah kelapa sawit dengan variasi 2,5%, 5%, 7,5%, dan 10% (w/v), pH dengan variasi 5, 6, 7 dan 8 dan konsentrasi inokulum dengan variasi 10%, 20%, 30%, dan 40% (v/v). Pada setiap perlakuan dilakukan pengukuran biomassa kering, pH serta pengujian kadar lipid yang dilakukan setiap 24 jam selama 7 hari. Kadar lipid diukur dengan metode Folch menggunakan kloroform:methanol 2:1 dengan perbandingan pelarut:biomassa 20:1 v/w. Hasil penelitian menunjukkan bahwa isolat yang terisolasi adalah Achlya sp. dan terkonfirmasi dapat mengakumulasi PUFA. Berdasarkan hasil kurva radial dan kurva adaptasi diperoleh umur inokulum pada 72 jam. Berdasarkan uji statistik One-way ANOVA dan uji lanjutan fisher diperoleh konsentrasi gula merah kelapa sawit optimum pada variasi 7,5% (w/v) dengan perolehan biomassa 1.571±60 mg/L, lipid 285±4,25 mg/L, dan konten lipid 18,16±0,91% (w/w), pH optimum pada variasi pH 5 dengan perolehan yield biomassa 1.571±60 mg/L, yield lipid 285±4,25 mg/L, dan konten lipid 18,16±0,91%, dan konsentrasi optimum pada variasi 40% (v/v) dengan perolehan biomassa 4.370±120 mg/L, yield lipid 882±25,45 mg/L, dan konten lipid 20,20±0,03% (w/w). Oleh karena itu, konsentrasi gula merah variasi 7.5% (w/v), pH 5 dengan inokulum 40% (v/v) dipilih sebagai variasi optimum yang kemudian diproduksi dalam skala besar untuk dianalisis kandungan asam lemaknya menggunakan GC-MS dan diperoleh Achlya sp. dapat memproduksi PUFA omega-6 0,50±0.01% dan omega-3 0,54±0.01%.