digilib@itb.ac.id +62 812 2508 8800

Abstrak
PUBLIC Dewi Supryati

Perubahan iklim global yang menyebabkan terjadinya peningkatan suhu lingkungan di berbagai belahan dunia telah menimbulkan kekhawatiran terhadap kesehatan dan produktivitas manusia, terutama dalam konteks paparan suhu panas yang ekstrem. Kondisi ini menimbulkan kekhawatiran baru, dikarenakan seiring dengan pergeseran pekerjaan dari aktivitas fisik ke tugas-tugas yang menuntut kemampuan kognitif akibat perkembangan teknologi, maka dampak negatif paparan panas ini menjadi sebuah tantangan yang semakin nyata dalam dunia kerja. Dampak dari suhu tinggi terhadap tubuh telah dilaporkan secara luas, namun hasilnya masih bervariasi dan lebih banyak ditemukan pada negara non-tropis. Tujuan dari penelitian ini untuk mengkaji pengaruh panas dan jenis tugas kognitif terhadap fungsi fisiologis, kognitif serta persepsi termal masyarakat di daerah tropis. Metode penelitian yang digunakan adalah metode eksperimen dengan desain within subject. Variabel Independen pada penelitian ini adalah suhu yang terdiri dari 3 level yaitu 24°C, 30°C, dan 39°C; dan jenis tugas kognitif yang terdiri dari counting task dan change blindness task. Selama eksperimen, partisipan diminta untuk mengerjakan tugas kognitif untuk menilai performansi kognitif, detak jantung dan gelombang otak juga terus dipantau, dan penilaian terhadap sensasi termal, dan kenyamanan dicatat. Sebanyak 9 orang laki-laki dan 9 orang perempuan berpartisipasi dalam tiga fase eksperimen. Berdasarkan data eksperimen, menunjukkan bahwa semakin tinggi suhu akan menyebabkan terjadinya penurunan performansi kognitif, baik pada tugas change blindness maupun tugas counting serta peningkatan detak jantung. Pada suhu 39°C fungsi kognitif yang mudah terdampak akibat suhu tinggi adalah atensi. Semakin tinggi suhu paparan panas maka beban mental yang dibutuhkan dalam menyelesaikan tugas akan semakin tinggi, serta terjadinya peningkatan rasa tidak nyaman dan sensasi panas yang lebih kuat. Semakin tinggi perubahan suhu panas maka akan menurunkan aktivitas gelombang otak delta, dan meningkatkan aktivitas gelombang beta dan theta. Berdasarkan pengujian terhadap jenis kelamin, perempuan lebih tahan terhadap stress panas dibandingkan laki-laki.