digilib@itb.ac.id +62 812 2508 8800

Karakterisasi anatomi kayu merupakan studi komprehensif mengenai struktur internal kayu secara makroskopis dan mikroskopis. Identifikasi kayu dilakukan secara radial sebab cincin pertumbuhan jelas teramati sehingga ciri-ciri kayu dapat dianalisis secara representatif. Dalam karakterisasi anatomi kayu, identifikasi dapat dilakukan melalui analisis karakteristik dan dimensi pembuluh, serat, dan trakeid. Identifikasi anatomi kayu pada parameter panjang serat dapat digunakan dalam menentukan titik kayu peralihan sebagai batas antara kayu juvenil dan dewasa. Pada penelitian ini, kayu trembesi dan kayu cempaka dipilih sebab bervariasi dalam diameter dan jumlah cincin pertumbuhan pada bagian batang utama. Penelitian ini bertujuan mengevaluasi karakteristik dan dimensi anatomi kayu yakni pembuluh dan serat serta menentukan batas kayu juvenil dan kayu dewasa. Karakteristik serat dan pembuluh diidentifikasi melalui hasil sayatan pada tiga bidang, penampang batang, dan hasil maserasi. Sementara itu, dimensi serat dan pembuluh diukur melalui penambahan diameter kayu per cincin pertumbuhan, analisis korelasi dimensi serat, dan analisis statistik terkait panjang serat antar area pendewasaan kayu pada 16 cincin pertumbuhan kayu trembesi dan 27 cincin pertumbuhan kayu cempaka. Dimensi serat diukur tiap cincin pertumbuhan sebanyak 50 kali pengulangan, panjang dan diameter pembuluh sebanyak 15 kali ulangan, dan frekuensi pembuluh sebanyak 3 kali ulangan. Batas kayu juvenil dan dewasa ditentukan melalui tren panjang serat dengan model regresi tersegmentasi. Hasil penelitian menunjukkan bahwa karakteristik pembuluh kayu trembesi dan kayu cempaka yakni menyebar (diffuse porous) dan terdapat pembuluh tunggal maupun berganda. Pembuluh kayu trembesi terdapat deposit berwarna merah kecoklatan, tipe perforasi sederhana, intervessel pit tersusun secara alternate, batas noktah antara jari-jari dan pembuluh jelas. Sementara itu, karakteristik pembuluh kayu cempaka yakni tipe perforasi scalariform, intervessel pit tersusun secara opposite dan scalariform, batas noktah antara jari-jari dan pembuluh tereduksi hingga berbentuk sederhana, terdapat tilosis. Karakteristik serat kedua kayu yakni berdinding tipis, tidak bersekat (nonseptate), dan tidak terdapat noktah. Perbedaan kedua kayu yakni serat kayu trembesi terdapat struktur kristal prismatik. Rerata panjang pembuluh trembesi sebesar 277,37±71,97 ?m sedangkan kayu cempaka sebesar 768,85±133,99 ?m; diameter pembuluh kayu trembesi sebesar 313,35±82,42 ?m sementara kayu cempaka sebesar 126,97±30,40 ?m, frekuensi pembuluh trembesi sebesar 2,88±0,45 pembuluh/mm2 dan kayu cempaka sebesar 15,31±30,40 pembuluh/mm2. Rerata penambahan diameter kayu trembesi sebesar 1,76±0,63 cm/periode pertumbuhan sementara kayu cempaka sebesar 0,69±0,36 cm/periode pertumbuhan; panjang serat kayu trembesi sebesar 1.090±107,99 ?m sedangkan cempaka sebesar 1.674±318,89 ?m; diameter serat kayu trembesi sebesar 21,9±3,42 ?m sementara kayu cempaka sebesar 23,33±3,13 ?m; diameter lumen serat kayu trembesi sebesar 15,7±3,51 ?m sedangkan kayu cempaka sebesar 14,86±3,51 ?m; tebal dinding serat kayu trembesi sebesar 3,08±0,82 ?m sementara kayu cempaka sebesar 4,24±0,82 ?m; dan titik pendewasaan kayu trembesi dimulai pada cincin pertumbuhan ke-14 sedangkan kayu cempaka pada cincin pertumbuhan ke-21. Korelasi dimensi serat menunjukkan bahwa panjang serat kedua kayu berkorelasi positif dengan tebal dinding serat sementara itu diameter dan diameter lumen serat berkorelasi negatif. Hasil uji signifikansi menunjukkan bahwa antar area pendewasaan kayu menunjukkan perbedaan panjang serat yang signifikan pada kayu juvenil dan peralihan. Kesimpulan hasil penelitian yakni karakteristik, dimensi serat dan pembuluh, serta batas kayu juvenil dan kayu dewasa antara kedua kayu tergolong bervariasi secara radial.