Pasar batubara global mengalami tiga tahun yang penuh gejolak. Permintaan menurun tajam selama pandemi Covid, hanya untuk melompat selama rebound pasca-Covid dan setelah invasi Rusia ke Ukraina. Pada tahun 2022, permintaan global untuk batubara mencapai tingkat tertinggi yang pernah ada (8.415 juta metrik ton), didorong oleh pertumbuhan di China dan India. Hari ini, batubara tetap menjadi sumber energi terbesar untuk pembangkit listrik, pembuatan baja dan produksi semen, mempertahankan peran sentral dalam ekonomi dunia. Dan pada tahun 2023, permintaan batu bara global meskipun meningkat tipis sebesar 1,4%, tetapi mencapai titik tertinggi sepanjang masa (rekor baru) sekitar 8.536 Mt. Menurut IEA memperkirakan penurunan bersih produksi batubara global mulai tahun 2024. Penurunan yang sedang berlangsung di Amerika Serikat dan Uni Eropa kemungkinan besar akan diikuti oleh penurunan volume produksi di Indonesia, karena permintaan China untuk batubara termal yang diangkut melalui laut kemungkinan besar akan menurun. Trend harga batu bara juga cenderung terus menurun, sehingga menjadi tantangan bagi perusahaan pertambangan.
Masalah bisnis di PT Berau Coal Site Binungan Mine Operation (BMO) berfokus pada proses penghancuran batubara. Site ini memiliki empat crusher plant batubara, dan fokus utama adalah pada Crusher CR12. Crusher sering mengalami kerusakan, yang menyebabkan peningkatan biaya perawatan, waktu henti produksi, dan penurunan efisiensi secara keseluruhan, sehingga lambat laun akan mengganggu profit Perusahaan. Penelitian ini bertujuan untuk mengatasi masalah tersebut dengan melakukan analisis dengan Metode AHP untuk memilih brand secondary crusher yang paling sesuai dengan karakteristik Batubara site BMO. Setelah terpilih salah satu brand selanjutnya dilakukan Analisa kelayakan investasi projek dengan metoda arus kas yang terdiskonto (DCF), lalu dilanjutkan dengan analisa resiko.
Berdasarkan hasil analisis menggunakan AHP, Brand Shumar terpilih sebagai yang paling unggul. Analisa kelayakan investasi projek menggunakan metode DCF mengestimasi investasi sebesar $680.924 dari CAPEX dengan WACC 11.64%, menghasilkan net present value (NPV) sebesar $3,558,640, dengan waktu pengembalian modal yang singkat yaitu hanya 0,65 tahun dan waktu pengembalian modal yang didiskontokan sebesar 0,72 tahun, serta indeks profitabilitas yang positif sebesar 3,8. Untuk mengetahui risiko finansial, dilakukan analisis dari 3 sisi, yaitu analisis sensitivitas, analisis skenario, dan simulasi Monte Carlo. Berdasarkan hasil analisis sensitivitas, variabel yang paling sensitif mempengaruhi nilai NPV adalah CAPEX. Kemudian, berdasarkan hasil analisis skenario, meskipun proyek berada pada skenario terburuk, proyek masih menghasilkan nilai NPV yang positif yaitu sebesar $3,189,064 dengan waktu pengembalian modal selama 0.85 tahun. Dari hasil simulasi Monte Carlo, bahkan dalam kondisi terburuk sekalipun, Net Present Value (NPV) dari proyek ini menunjukkan hasil yang positif yaitu $3,274,876. Sementara itu, dalam kondisi terbaik, proyek ini dapat menghasilkan NPV sebesar $3.011.992. NPV yang paling mungkin diharapkan dari proyek ini adalah $3,559,116 dengan probabilitas 50%. Selain itu, probabilitas keberhasilan proyek ini (NPV > 0) adalah 100%, sehingga proyek penggantian secondary crusher dengan merek Shumar sangat layak dan memiliki nilai tambah bagi PT Berau Coal, baik dari sisi efisiensi biaya maupun operasional di masa mendatang.