digilib@itb.ac.id +62 812 2508 8800

ABSTRAK_Michelle Febriyana Chandra
Terbatas  Perpustakaan Prodi Arsitektur
» Gedung UPT Perpustakaan

Saat ini, mayoritas pemilik peliharaan domestik, khususnya anjing, di Indonesia masih sungkan untuk mengadopsi dan memilih untuk membeli peliharaannya dari toko hewan, sedangkan jumlah populasi anjing liar di penampungan hewan semakin banyak dan mengakibatkan fasilitas-fasilitas penampungan mengalami overpopulasi, sehingga anjing-anjing yang ditampung tidak bisa dirawat dengan maksimal. Hal ini dapat diasosiasikan dengan penampungan hewan yang masih memiliki stigma negatif dan kurang diminati untuk dikunjungi masyarakat. Selain itu, kondisi dalam penampungan hewan tersebut juga kurang layak dan kurang sesuai standar, membuat anjing yang ditampung memiliki berbagai risiko kesehatan fisik ataupun mental. Padahal, mengadopsi dari penampungan hewan dan tidak membeli dari toko hewan merupakan keputusan yang dapat membantu mengurangi demand terhadap anak anjing murah di pasaran yang dihasilkan dari pabrik anak anjing (puppy mills), yang merupakan tempat anjing betina dipaksa untuk melahirkan berkali-kali dalam kondisi yang tidak sehat untuk memenuhi permintaan anak anjing di pertokoan. Selain itu, Indonesia ditemukan menjadi negara yang memiliki paling banyak jumlah konten kekerasan hewan yang tersebar. Ketidakpedulian terhadap anjing ini ironis saat mengetahui jumlah pemilik dan pecinta hewan di Indonesia semakin bertambah, dilihat dari munculnya banyak kegiatan dan konten hiburan lokal yang bertemakan hewan. Kegiatan-kegiatan komunitas pecinta hewan ini juga banyak menimbulkan dampak positif dari munculnya interaksi sosial yang dilakukan oleh anggota komunitas dan menimbulkan interaksi dan kepercayaan antarpemilik. Oleh karena itu, perlu adanya ruang yang mendorong adanya kegiatan komunitas pecinta anjing, yang juga merupakan tempat mereka bisa terekspos terhadap anjing-anjing liar yang memerlukan keluarga barunya. Hal ini dapat dilaksanakan dengan merancang sebuah pet-friendly plaza yang terintegrasi dengan sebuah penampungan anjing liar dan pusat komunitas, yang menggabungkan fungsi komersial, komunitas, edukasi, serta perawatan. Untuk mencapai hal tersebut, perlu dianalisis berbagai hal, seperti standar keamanan dan kenyamanan saat mendirikan penampungan hewan, manajemen keberlangsungan penampungan hewan, merancang fasilitas yang menarik bagi pencinta hewan, serta merancang ruang publik yang mendorong interaksi serta berkesan positif bagi pengunjungnya. Fasilitas ini mengintegrasikan fungsi primer berupa plaza (marketplace & public place) dengan penampungan anjing liar, sekaligus menyediakan fungsi sekunder berupa pusat komunitas dan edukasi, pusat pelatihan anjing, klinik hewan, dan dog hotel atau penitipan anjing bagi pemilik yang ingin bepergian sejenak. Untuk penyerahan anjing liar yang diterima oleh penampungan, lingkupnya berupa: anjing liar yang sakit/terluka, anjing liar yang meresahkan warga, dan anjing peliharaan yang diserahkan oleh pemiliknya karena tidak diinginkan lagi. Penggabungan fungsi ini bertujuan untuk mempertemukan anjing liar dengan pencinta hewan yang menggunakan fasilitas lain, sehingga tercipta image yang positif terkait anjing shelter dan meningkatkan kemungkinan bagi anjing tersebut untuk dilihat dan diadopsi oleh calon pemilik barunya. Selain itu, penempatan proyek di lokasi yang berdekatan dengan berbagai perumahan dan institusi pendidikan memberi potensi untuk terciptanya ruang publik berbasis komunitas, serta menjamin keberlangsungan proyek dengan adanya pengunjung rutin yang juga berpotensi menjadi relawan atau karyawan di fasilitas.