Di perkotaan, sistem pertanian yang dapat dengan mudah diaplikasikan di kehidupan sehari-hari adalah pertanian dengan sistem urban farming. Urban farming adalah sebuah konsep bertani di perkotaan dengan menggunakan teknik tertentu, salah satunya adalah dengan memanfaatkan container farming yang menggunakan polybag. Namun, keberhasilan pertanian sistem ini sangat bergantung terhadap media tanam serta pupuk. Sebagian besar pertanian urban mengandalkan media tanam dan pupuk yang berasal dari daerah rural sehingga menurunkan tingkat keberlanjutan dari pertanian tersebut. Salah satu pendekatan yang dapat dilakukan adalah dengan memproduksi pupuk dengan pengolahan limbah organik perkotaan menggunakan agen hayati seperti mikroorganisme (seperti kompos) maupun makro fauna (seperti vermikompos dan kasgot). Seiring dengan pertumbuhan pertanian urban sebagai bagian dari kehidupan masyarakat kota, maka terdapat beberapa inovasi yang dapat dikembangkan untuk memenuhi pasar ini, yaitu Grow Kit (GK) yang merupakan sebuah KIT (Kotak Instrumen Terpadu). Grow Kit adalah sebuah produk yang berisikan media tanam berupa campuran tanah, arang sekam, dan pupuk kasgot, benih tanaman, polybag, kertas panduan, stik es krim, dan alat drip irrigation. Jika ditinjau dari perdagangan domestik, produk GK termasuk ke dalam sektor DIY (Do It Yourself atau barang yang dapat dirakit sendiri), pertamanan, dan juga hewan peliharaan. Pendapatan di segmen produk DIY, pertamanan, dan hewan peliharaan dan sektor ini diprediksi akan memiliki 10,27 juta pengguna dengan volume pasar sebesar $3,928.00 juta pada tahun 2027. Produk bisnis ini sendiri relatif masih baru di Indonesia dan belum terdapat suatu model bisnis yang dapat dijadikan dasr untuk menentukan kelayakan
dan pengembangan bisnis ini. Pada penelitian ini, dilakukan penelaahan model bisnis Grow Kit dengan pendekatan SBMC (Sustainable Business Model Canvas). Berdasarkan hasil penelitian, bisnis GK layak untuk dijalankan sebagai sebuah bisnis pertanian. Bisnis ini memiliki Value Propositions sebagai produk DIY yang ramah pemula, fleksibilitas dalam lokasi untuk mengerjakan, dengan produk akhir berupa produk pangan bernutrisi tinggi yang dapat dikonsumsi. Model bisnis GK memiliki Payback Period dalam 5 tahun 5 bulan 16 hari, NPV senilai Rp937.568,479,55, Internal Rate of Retrun sebesar 24,91%, dan Benefit/Cost Ratio sebesar 1,56.