digilib@itb.ac.id +62 812 2508 8800

Kabupaten Ngada di Nusa Tenggara Timur memiliki potensi besar dalam bidang perikanan laut. Nelayan di daerah ini umumnya menggunakan kapal tradisional dan tempat penyimpanan sederhana seperti peti kayu dengan es balok atau ice box styrofoam. Akan tetapi, ice box tersebut dianggap tidak efektif dalam menjaga kesegaran ikan. Para nelayan di Desa Inerie khawatir akan kerusakan ikan akibat transportasi yang lama dari laut ke pasar. Oleh karena itu, cold storage diperlukan untuk menyimpan ikan dengan sistem refrigerasi agar lebih tahan lama dan terhindari pembusukan. Penelitian diawali dengan menyiapkan sampel ikan gindara dengan bobot 0,178 kg dan peralatan berupa cold storage bervolume 157.950 cm3 dan termokopel tipe K. Refrigeran yang digunakan adalah R134a. Variabel yang divariasikan adalah temperatur evaporator cold storage dan letak termokopel pada ikan. Temperatur evaporator cold storage diatur berdasarkan posisi tombol pengatur suhu yang direpresentasikan dengan tempuhan 1-3, sedangkan termokopel diletakkan pada kulit ikan dengan tebal 1 mm dan daging ikan dengan kedalaman 4,5 cm. Metode percobaan terdiri dari pengukuran kondisi operasi alat tanpa pembekuan, pengondisian sampel ikan dan alat, pengukuran temperatur dan konsumsi energi, serta analisis coefficient of performance (COP) dengan diagram Mollier. Berdasarkan penelitian, diperoleh profil temperatur pembekuan ikan dengan cold storage mencapai temperatur target pada rentang -15ºC hingga -20ºC untuk menjaga kualitas ikan. Semakin rendah temperatur evaporator, maka makin rendah pula nilai COP. COP dari tempuhan 1-3 secara berurutan adalah sebesar 2,43; 2,31; dan 2,19. Konsumsi energi dari tempuhan 1-3 secara berurutan adalah sebesar 1,07; 1,22; dan 1,31 kWh.