Kabupaten Ngada di Nusa Tenggara Timur memiliki potensi besar dalam bidang
perikanan laut. Nelayan di daerah ini umumnya menggunakan kapal tradisional dan
tempat penyimpanan sederhana seperti peti kayu dengan es balok atau ice box styrofoam.
Akan tetapi, ice box tersebut dianggap tidak efektif dalam menjaga kesegaran ikan. Para
nelayan di Desa Inerie khawatir akan kerusakan ikan akibat transportasi yang lama dari
laut ke pasar. Oleh karena itu, cold storage diperlukan untuk menyimpan ikan dengan
sistem refrigerasi agar lebih tahan lama dan terhindari pembusukan.
Penelitian diawali dengan menyiapkan sampel ikan gindara dengan bobot 0,178 kg dan
peralatan berupa cold storage bervolume 157.950 cm3 dan termokopel tipe K. Refrigeran
yang digunakan adalah R134a. Variabel yang divariasikan adalah temperatur evaporator
cold storage dan letak termokopel pada ikan. Temperatur evaporator cold storage diatur
berdasarkan posisi tombol pengatur suhu yang direpresentasikan dengan tempuhan 1-3,
sedangkan termokopel diletakkan pada kulit ikan dengan tebal 1 mm dan daging ikan
dengan kedalaman 4,5 cm. Metode percobaan terdiri dari pengukuran kondisi operasi alat
tanpa pembekuan, pengondisian sampel ikan dan alat, pengukuran temperatur dan
konsumsi energi, serta analisis coefficient of performance (COP) dengan diagram Mollier.
Berdasarkan penelitian, diperoleh profil temperatur pembekuan ikan dengan cold storage
mencapai temperatur target pada rentang -15ºC hingga -20ºC untuk menjaga kualitas
ikan. Semakin rendah temperatur evaporator, maka makin rendah pula nilai COP. COP
dari tempuhan 1-3 secara berurutan adalah sebesar 2,43; 2,31; dan 2,19. Konsumsi energi
dari tempuhan 1-3 secara berurutan adalah sebesar 1,07; 1,22; dan 1,31 kWh.