Generasi milenial adalah generasi yang tumbuh sejak kecil dalam lingkungan
masyarakat yang mayoritas menggunakan gadget. Saat ini, mereka adalah generasi
produktif yang memiliki ketergantungan cukup tinggi pada perangkat gadget,
karena aktivitas mereka dimudahkan oleh perkembangan Teknologi Informasi (TI)
yang sangat cepat. Preferensi ruang nyata mereka dipengaruhi oleh hal ini, di mana
ruang tidak hanya berfungsi sebagai fasilitas, tetapi juga sebagai tempat yang
memberikan makna khusus bagi mereka. Bagi generasi milenial, ruang adalah
sarana yang bersifat nyata maupun imajiner, mencerminkan kebutuhan mereka
akan kenyamanan, konektivitas, dan pengalaman bermakna.
Kedai kopi adalah fasilitas yang paling digemari oleh generasi milenial, di mana
mereka sering melakukan aktivitas sendiri maupun bersama. Penulis meneliti
bagaimana generasi milenial memaknai ruang publik, dengan studi kasus pada
kedai kopi sebagai tempat aktivitas mereka. Di kedai kopi, generasi milenial tidak
hanya menikmati kopi, tapi cenderung menghabiskan waktu lama menikmati
suasana, mengerjakan sesuatu sendiri, atau hangout bersama kerabat.
Metode penelitian ini menggunakan Mix-Method katagori sifat eksploratif jenis
Explanatory Sequential Mixed Methods Design. Eksplorasi desain metode
campuran sekuensial dengan desain tiga tahap. Desain ini bertujuan untuk
mengeksplorasi masalah penelitian yang berkaitan dengan preferensi generasi
milenial dalam memaknai tempat dalam ruang publik. Penelitian eksplorasi
mengacu pada penelitian awal yang meletakkan dasar untuk penelitian tahap
selanjutnya.
Pengolahan data pada penelitian tahap 1 Menggunakan metode CFA (Confirmatory
Factor Analysis) diperoleh melalui kuesioner tertutup dan disebarkan melalui
media online. Kuesioner menggunakan 7 skala likert yang berkisar pada preferensi
generasi milenial terhadap ruang publik melalui kerangka teori Place Attachment
melalui 3 referensi (Topophilia, Place Dependence dan Place Identity). Teori
tersebut menghasilkan 56 pertanyaan yang terdiri dari 3 bagian yaitu, (1) 17
pertanyaan terkait Topophilia, (2) 21 pertanyaan terkait ketergantungan tempat, dan
(3) 11 pertanyaan terkait identitas tempat. Terdapat 6 faktor yang dibentuk dengan
20 dimensi melalui analisis faktor konfirmatori. Topophilia terdapat 2 faktor yang
terbentuk dari 7 dimensi yaitu (1) Zonasi alami dengan 4 dimensi (bahan alami,
gaya alami, pencahayaan alami dan sirkulasi udara alami) dan (2) Zonasi bau-bauan
dengan 3 dimensi, (ada area merokok, area dilarang merokok, dan odorscape).
Place dependence terdapat 2 faktor yang terbentuk dari 6 dimensi yaitu (1) Zonasi
personal dengan 3 dimensi (ruang tenang, area bekerja sendiri di ruang publik, dan
kebersihan ruang) dan (2) Zonasi fitur dengan 3 dimensi (Ada stopkontak, free WiFi, mengaktifkan gadget tanpa hambatan). Place Identity terdapat 2 faktor yang
terbentuk dari 6 dimensi yaitu (1) Zonasi narsistik dengan 3 dimensi (banyak spot
untuk selfie, instagramable, ada review tempat di media online) dan (2) Zoning rasa
dengan 3 dimensi (makanan /minuman yang enak, gaya modern, dan ruang dengan
suasana simpel). Dimensi yang terbentuk diinterpretasikan ke dalam makna ruang
bagi generasi milenial sebagai makna persepsi, makna asosiasi dan makna
Konotatif.
Data yang diperoleh pada penelitian tahap kedua adalah validasi temuan tahap
kesatu melalui observasi langsung kelapangan melalui rekaman tersembunyi untuk
melihat pemetaan aktivitas dan perilaku generasi milenial di kedai kopi melalui
kriteria dari temuan tahap kesatu sebelumnya. Informasi yang diperoleh melalui
wawancara dengan generasi milenial sebagai pengguna saat kedai kopi dibuka
weekday dan weekend. Pengamatan tertutup difokuskan kepada perilaku aktivitas
generasi milenial sebagai pengguna ruang dan sarana dan prasarana yang ada di
kedai kopi tersebut. Data yang diperoleh kemudian masing-masing di deskripsikan
dan dikaitkan dengan teori Place Attachment sebagai keterkaitan emosi yang positif
terhadap kedai kopi yang dapat diindikasikan oleh kelekatan ruang bagi generasi
milenial dengan perasaan senang, perasaan betah, perasaan puas, perasaan
ketergantungan dan perasaan memiliki atau menjadikan tempat tersebut sebagai
bagian dari identitas dirinya.
Pada tahap ketiga penelitian, dilakukan verifikasi terhadap hasil penelitian pada dua
tahap sebelumnya yang mengacu pada tujuan utama penelitian tentang makna ruang
publik bagi generasi milenial. Hal ini ditandai dengan keterikatan terhadap ruang
melalui pengamatan preferensi aktivitas berperilaku dan wawancara dengan
responden yang berada di kedai kopi, yang kemudian dijabarkan dalam bentuk
deskripsi. Makna ruang bagi generasi milenial dapat di asosiasikan “Place is more
than as a friend” dan ruang sebagai makna simbol CCP “Connectivity”,
“Comfortability” dan “Productivity”ditunjukkan lewat keterikatannya pada sebuah
tempat di ruang publik, khususnya kedai kopi.