digilib@itb.ac.id +62 812 2508 8800

Abstrak Dwi Sulistyawati [37018008]
PUBLIC Noor Pujiati.,S.Sos

Generasi milenial adalah generasi yang tumbuh sejak kecil dalam lingkungan masyarakat yang mayoritas menggunakan gadget. Saat ini, mereka adalah generasi produktif yang memiliki ketergantungan cukup tinggi pada perangkat gadget, karena aktivitas mereka dimudahkan oleh perkembangan Teknologi Informasi (TI) yang sangat cepat. Preferensi ruang nyata mereka dipengaruhi oleh hal ini, di mana ruang tidak hanya berfungsi sebagai fasilitas, tetapi juga sebagai tempat yang memberikan makna khusus bagi mereka. Bagi generasi milenial, ruang adalah sarana yang bersifat nyata maupun imajiner, mencerminkan kebutuhan mereka akan kenyamanan, konektivitas, dan pengalaman bermakna. Kedai kopi adalah fasilitas yang paling digemari oleh generasi milenial, di mana mereka sering melakukan aktivitas sendiri maupun bersama. Penulis meneliti bagaimana generasi milenial memaknai ruang publik, dengan studi kasus pada kedai kopi sebagai tempat aktivitas mereka. Di kedai kopi, generasi milenial tidak hanya menikmati kopi, tapi cenderung menghabiskan waktu lama menikmati suasana, mengerjakan sesuatu sendiri, atau hangout bersama kerabat. Metode penelitian ini menggunakan Mix-Method katagori sifat eksploratif jenis Explanatory Sequential Mixed Methods Design. Eksplorasi desain metode campuran sekuensial dengan desain tiga tahap. Desain ini bertujuan untuk mengeksplorasi masalah penelitian yang berkaitan dengan preferensi generasi milenial dalam memaknai tempat dalam ruang publik. Penelitian eksplorasi mengacu pada penelitian awal yang meletakkan dasar untuk penelitian tahap selanjutnya. Pengolahan data pada penelitian tahap 1 Menggunakan metode CFA (Confirmatory Factor Analysis) diperoleh melalui kuesioner tertutup dan disebarkan melalui media online. Kuesioner menggunakan 7 skala likert yang berkisar pada preferensi generasi milenial terhadap ruang publik melalui kerangka teori Place Attachment melalui 3 referensi (Topophilia, Place Dependence dan Place Identity). Teori tersebut menghasilkan 56 pertanyaan yang terdiri dari 3 bagian yaitu, (1) 17 pertanyaan terkait Topophilia, (2) 21 pertanyaan terkait ketergantungan tempat, dan (3) 11 pertanyaan terkait identitas tempat. Terdapat 6 faktor yang dibentuk dengan 20 dimensi melalui analisis faktor konfirmatori. Topophilia terdapat 2 faktor yang terbentuk dari 7 dimensi yaitu (1) Zonasi alami dengan 4 dimensi (bahan alami, gaya alami, pencahayaan alami dan sirkulasi udara alami) dan (2) Zonasi bau-bauan dengan 3 dimensi, (ada area merokok, area dilarang merokok, dan odorscape). Place dependence terdapat 2 faktor yang terbentuk dari 6 dimensi yaitu (1) Zonasi personal dengan 3 dimensi (ruang tenang, area bekerja sendiri di ruang publik, dan kebersihan ruang) dan (2) Zonasi fitur dengan 3 dimensi (Ada stopkontak, free WiFi, mengaktifkan gadget tanpa hambatan). Place Identity terdapat 2 faktor yang terbentuk dari 6 dimensi yaitu (1) Zonasi narsistik dengan 3 dimensi (banyak spot untuk selfie, instagramable, ada review tempat di media online) dan (2) Zoning rasa dengan 3 dimensi (makanan /minuman yang enak, gaya modern, dan ruang dengan suasana simpel). Dimensi yang terbentuk diinterpretasikan ke dalam makna ruang bagi generasi milenial sebagai makna persepsi, makna asosiasi dan makna Konotatif. Data yang diperoleh pada penelitian tahap kedua adalah validasi temuan tahap kesatu melalui observasi langsung kelapangan melalui rekaman tersembunyi untuk melihat pemetaan aktivitas dan perilaku generasi milenial di kedai kopi melalui kriteria dari temuan tahap kesatu sebelumnya. Informasi yang diperoleh melalui wawancara dengan generasi milenial sebagai pengguna saat kedai kopi dibuka weekday dan weekend. Pengamatan tertutup difokuskan kepada perilaku aktivitas generasi milenial sebagai pengguna ruang dan sarana dan prasarana yang ada di kedai kopi tersebut. Data yang diperoleh kemudian masing-masing di deskripsikan dan dikaitkan dengan teori Place Attachment sebagai keterkaitan emosi yang positif terhadap kedai kopi yang dapat diindikasikan oleh kelekatan ruang bagi generasi milenial dengan perasaan senang, perasaan betah, perasaan puas, perasaan ketergantungan dan perasaan memiliki atau menjadikan tempat tersebut sebagai bagian dari identitas dirinya. Pada tahap ketiga penelitian, dilakukan verifikasi terhadap hasil penelitian pada dua tahap sebelumnya yang mengacu pada tujuan utama penelitian tentang makna ruang publik bagi generasi milenial. Hal ini ditandai dengan keterikatan terhadap ruang melalui pengamatan preferensi aktivitas berperilaku dan wawancara dengan responden yang berada di kedai kopi, yang kemudian dijabarkan dalam bentuk deskripsi. Makna ruang bagi generasi milenial dapat di asosiasikan “Place is more than as a friend” dan ruang sebagai makna simbol CCP “Connectivity”, “Comfortability” dan “Productivity”ditunjukkan lewat keterikatannya pada sebuah tempat di ruang publik, khususnya kedai kopi.