digilib@itb.ac.id +62 812 2508 8800

Abstrak Radifa Cendana Putri [27122016]
PUBLIC Noor Pujiati.,S.Sos

Dulmuluk merupakan salah satu seni teater tradisional asal Palembang yang semakin menurun peminatnya karena maraknya jenis hiburan lain yang muncul seiring perkembangan teknologi. Grup seniman yang menampilkan Dulmuluk semakin berkurang sehingga banyak generasi muda yang belum pernah menonton bahkan mengetahui tentang Dulmuluk. Pada survei awal, mayoritas remaja Palembang yang pernah menonton Dulmuluk mengatakan bahwa mereka menontonnya melalui media lain seperti televisi dan platform online. Remaja Palembang juga suka menonton animasi secara online melalui smartphone dan mayoritas remaja menontonnya setiap hari. Penelitian ini bertujuan untuk merancang animasi adaptasi Dulmuluk bagi remaja usia 13-15 tahun di Palembang. Tahapan riset dilakukan dengan mengumpulkan literatur yang berkaitan, penyebaran kuesioner, wawancara pada ahli dan analisis komparasi karya animasi sejenis. Analisis data menggunakan analisis SWOT. Metode perancangan animasi terdiri dari tahap pra produksi, produksi dan pasca produksi. Preferensi animasi yang diminati oleh remaja di Palembang berdasarkan survei awal adalah animasi dengan gaya visual animasi Jepang, genre komedi, kostum karakter yang modern dan warna pastel. Mayoritas responden menyatakan bahwa cerita dan karakter adalah dua faktor utama yang membuat mereka suka menonton sebuah animasi sehingga elemen Dulmuluk yang berpotensi untuk diadaptasi ke dalam animasi adalah cerita dan karakter Dulmuluk. Hasil wawancara pada ahli Dulmuluk menyatakan bahwa elemen utama pada Dulmuluk adalah syair karena cerita dan dialog dalam teater Dulmuluk diangkat dari Syair Abdul Muluk. Hal ini juga diterapkan pada penulisan skenario animasi ‘Dhulmuluk’. Struktur cerita animasi menggunakan Three-Act Structure dengan alur cerita non-linear. Desain karakter dirancang berdasarkan tipe archetype, somatotype, dan teori warna. Video animasi adaptasi Dulmuluk dengan judul ‘Dhulmuluk’ berdurasi sekitar 9 menit diunggah pada YouTube dan disebarkan kepada remaja di Palembang. Hasil uji coba menunjukkan bahwa animasi adaptasi ‘Dulmuluk’ sesuai dengan preferensi remaja di Palembang. Mayoritas responden mengatakan tertarik untuk mengetahui atau menonton Teater Dulmuluk setelah menonton animasi ‘Dhulmuluk’. Hal ini membuktikan bahwa adaptasi seni budaya lokal melalui media baru dapat menarik minat generasi muda untuk mengenali budaya lokal.