Kemandirian merupakan aspek penting dalam hidup penyandang ASD (Autism Spectrum
Disorder). Melalui kemandirian, penyandang ASD dapat berdaya dan menjalani hidup tanpa
perlu bergantung pada orang lain. Untuk mencapai hidup yang mandiri, penyandang perlu
memiliki lingkungan yang inklusif. Namun nyatanya, masyarakat umum di Indonesia masih
kurang inklusif. Remaja merupakan masa perkembangan yang ditandai dengan peningkatan
toleransi, penerimaan, dan keterbukaan terhadap keragaman. Mereka dikenal sebagai agen
perubahan dalam masyarakat. Dengan demikian, pengenalan nilai-nilai inklusif penyandang
ASD pada remaja dinilai efektif dan berkelanjutan untuk membentuk lingkungan masyarakat
yang inklusif pada penyandang ASD. Pengenalan ini dilakukan melalui animasi dokumenter.
Media ini dinilai dekat dengan remaja serta memiliki nilai informatif dan aktual. Dokumenter
animasi dinilai mampu mengemas keterbatasan dan pengalaman penyandang ASD yang
abstrak melalui aspek animasi tanpa menghilangkan aktualitas informasi di dalamnya.
Dokumenter animasi mampu menjembatani kesenjangan antara remaja dengan penyandang
ASD secara emosional dan faktual. Setelah melalui rangkaian proses perancangan, ditemukan
bahwa dokumenter animasi merupakan media yang unggul dalam memvisualisasikan konsep
berbasis fakta yang tidak berwujud (intangible concepts). Konsep ini merupakan karakter
yang signifikan dibanding film dokumenter live-action convensional, di mana mengandalkan
wawancara dan rekaman saja terkadang dapat membatasi kedalaman hubungan emosional
dan pemahaman audiens pada topik film.