Pulau Sumatra terbentuk dari proses tektonik yang kompleks menghasilkan
berbagai sumber daya geologi, termasuk potensi geothermal. Penelitian analisis
respons anomali gravitasi dan magnetik telah dilakukan untuk memetakan sistem
geothermal di Sumatra bagian selatan. Pemisahan anomali gravitasi dilakukan
dengan metode moving average, diikuti analisis gradien pada anomali residual
menggunakan metode Fast Sigmoid-Based Edge Detection (FSED). Anomali
magnetik reduce to pole (RTP) dianalisis secara spektral untuk menghitung Curie
Point Depth (CDP), gradien termal, dan heatflow. Hasil penelitian ini menunjukkan
Sumber panas di Pulau Sumatra berupa batuan intrusi gunung api dengan densitas
2.8 gr/cc dan nilai Suseptibilitas 0.007, membentang dari barat ke selatan dengan
pola barat laut–tenggara. Batuan ini masuk dalam formasi Kikim (Tpok) dari sisa
magma Gunungapi Bukit Besar, Bukit Lumut, dan Bukit Balai, dengan kedalaman
lebih dari 7 km. Lapisan reservoir di bagian tengah kemungkinan disebabkan oleh
zona hancuran Sesar Sumatra atau batuan sedimen, tersusun dari Formasi
Hulusimpang dan Gumai, dengan densitas 2.6 gr/cm³ dan Suseptibilitas 0.075, pada
kedalaman 1000-1500 m. Gradien termal berkisar antara 21,1°C/km hingga
31,6°C/km, dengan heatflow 55,1-79 mW/m². Gradien termal tinggi teramati di
bawah kompleks vulkanik, termasuk Kawasan Pegunungan Bukit Barisan. Struktur
sesar barat laut–tenggara sejajar dengan Sumatra Fault (SGF), menunjukkan bahwa
sistem geothermal di pulau Sumatra dikendalikan oleh sesar ini.