Batik Rifa'iyah berada di Kabupaten Batang, merupakan batik yang memiliki
keunikkan,karena adanya pengaruh ajaran Islam Rifa’iyah yang ajaranya dipimpin
oleh seorang ulama bernama KH. Ahmad Rifa’I pada jaman dahulu. Namun
keunikkan tersebut tidak membuat batik Rifa'iyah terbebas dari masalah. Batik
Rifa’iyah mempunyai masalah dari sisi produk. Produk yang ada saat ini kurang
inovatif, dan tidak dapat mengembangkan pasar, sehingga batik yang dibuat
membutuhkan waktu untuk dijual dan kurang nya peminat. Pemerintah sudah
memberikan bantuan, sebelum dan sudah Covid-19. Bantuan- bantuan tersebut
tidak menampakkan hasil. Bantuan terakhir yang diberikan oleh pemerintah
membuka peluang baru bagi batik Rifa’iyah untuk bangkit dengan target pasar baru,
yaitu generasi milenial. Target baru tentu saja memerlukan desain batik yang baru
yang sesuai dengan karakter dari target pasar. Batik Rifa’iyah memerlukan inovasi,
desain batik yang ada.
Permasalahan mengenai produk yang inovatif, pasar, dan tradisi diatas,
memerlukan pendekatan revitalisasi tradisi. Ide utama dari revitalisasi tradisi adalah
mentranformasikan tradisi yang berisi kearifan lokal ke dalam bentuk baru, dengan
cara mengawinkannya dengan elemen-elemen kekinian (nontradisional).
Revitalisasi dilakukan melalui dengan pengembangan desain batik melalui
dilakukan melalui eksplorasi visual meliputi motif, warna, komposisi, dan bentuk
produk, perancangan produk, dan perwujudan karya batik. Penelitian ini
menggunakan metode ATUMICS. Metode ini digunakan sebagai bagian dari proses
revitalisasi yang dilakukan untuk memahami kondisi pasar dan mempertahankan
nilai- nilai yang sudah ada. Penelitian ini adalah penelitian kualitatif deskriptif
dengan teknik pengumpulan data yang dilakukan antara lain observasi, wawancara,
studi pustaka dan kuesioner. Hasil penelitian berupa perancangan batik Rifa’iyah
yang menggabungkan unsur-unsur pada generasi milenial sehingga tercipta desain
batik nontradisional yang sesudai dengan target pasar yaitu generasi milenial.