digilib@itb.ac.id +62 812 2508 8800

Indonesia menghadapi tantangan lingkungan yang serius, dengan polusi udara dan ketergantungan pada sumber energi tak terbarukan yang semakin mengkhawatirkan, terutama di kota-kota seperti Jakarta, di mana sektor transportasi menjadi penyumbang utama emisi. Meskipun pemerintah telah mengeluarkan berbagai insentif dan kebijakan untuk mendorong adopsi kendaraan listrik (EV), tingkat adopsinya masih rendah. Generasi Y, yang dikenal melek teknologi dan memiliki kesadaran lingkungan tinggi, memiliki potensi besar untuk memimpin transisi ini. Penelitian ini mengkaji faktor-faktor yang mempengaruhi niat beli kendaraan listrik di kalangan Generasi Y di Indonesia dan mengidentifikasi faktor mana yang paling berpengaruh. Dengan menggunakan model gabungan Technology Acceptance Model dan Theory of Planned Behavior (C-TAM-TPB) yang diperluas dengan variabel Price Value, Perceived Risk, Environmental Awareness, dan Infrastructure Barrier, data dikumpulkan dari 218 responden melalui survei daring dan dianalisis menggunakan PLS-SEM. Hasil penelitian menunjukkan bahwa perceived usefulness, perceived ease of use, attitude, subjective norms, price value, dan environmental awareness berpengaruh terhadap niat beli. Sementara itu, perceived behavioral control, perceived risk, dan infrastructure barrier tidak menunjukkan pengaruh signifikan. Sikap (attitude) juga berperan sebagai mediator antara persepsi dan niat perilaku. Studi ini menyimpulkan bahwa Generasi Y lebih termotivasi oleh manfaat praktis dan kemudahan penggunaan, dibandingkan risiko atau keterbatasan infrastruktur. Oleh karena itu, strategi pemasaran dan kebijakan sebaiknya menekankan aspek kegunaan, keterjangkauan, dan kenyamanan kendaraan listrik. Pemerintah disarankan untuk meningkatkan pemahaman publik terhadap insentif EV dan memperluas akses pembiayaan. Sementara itu, pelaku bisnis perlu menyoroti nilai praktis EV, dan penelitian selanjutnya dapat mengeksplorasi perbedaan generasi maupun wilayah dalam perilaku adopsi EV.