digilib@itb.ac.id +62 812 2508 8800

ABSTRAK - Amanda Gustri Qawwiyyu
Terbatas  Devi Rahmattiani
» Gedung UPT Perpustakaan

COVER - Amanda Gustri Qawwiyyu
Terbatas  Devi Rahmattiani
» Gedung UPT Perpustakaan

BAB 1 - Amanda Gustri Qawwiyyu
Terbatas  Devi Rahmattiani
» Gedung UPT Perpustakaan

BAB 2 - Amanda Gustri Qawwiyyu
Terbatas  Devi Rahmattiani
» Gedung UPT Perpustakaan

BAB 3 - Amanda Gustri Qawwiyyu
Terbatas  Devi Rahmattiani
» Gedung UPT Perpustakaan

BAB 4 - Amanda Gustri Qawwiyyu
Terbatas  Devi Rahmattiani
» Gedung UPT Perpustakaan

BAB 5 - Amanda Gustri Qawwiyyu
Terbatas  Devi Rahmattiani
» Gedung UPT Perpustakaan

PUSTAKA - Amanda Gustri Qawwiyyu
Terbatas  Devi Rahmattiani
» Gedung UPT Perpustakaan

Mentimun (Cucumis sativus L.) adalah salah satu tanaman hortikultura sejenis sayuran yang termasuk dalam keluarga labu-labuan (Cucurbitaceae) dan banyak diminati masyarakat Indonesia. Seiring dengan meningkatnya pasar mentimun dunia dalam lima tahun ke depan dengan laju CAGR sebesar 4,5%, permintaan mentimun juga ikut meningkat. Namun, produktivitas mentimun di Indonesia masih sangat rendah jika dibandingkan produktivitas mentimun di negara lain khususnya China. Upaya peningkatan produktivitas tanaman mentimun dapat ditempuh dengan pemberian elisitor biosaka, pupuk kompos, PGPR (Azotobacter chroccocoum), dan pupuk NPK. Penggunaan elisitor biosaka dan pupuk kompos bertujuan untuk mengurangi ketergantungan pada pupuk kimia sintesis yang semakin mahal dan tidak ramah ekosistem lingkungan. Perendaman benih dalam PGPR dapat mempercepat proses perkecambahan. Tujuan dari penelitian ini yaitu untuk menentukan pengaruh variasi penerapan elisitor biosaka dan pupuk NPK, variasi perendaman benih dalam PGPR, sinergitas elisitor biosaka, pupuk NPK dan PGPR, serta pengaruh jumlah populasi mikroorganisme Azotobacter chroococcum terhadap pertumbuhan dan perolehan tanaman mentimun. Penelitian ini menggunakan Rancangan Acak Kelompok (RAK) dengan dua faktor. Faktor I adalah perlakuan dengan PGPR yang terdiri atas 2 taraf yaitu A1: dengan PGPR dan A0: tanpa PGPR. Faktor II adalah persentase penerapan pupuk NPK serta elisitor biosaka dengan 3 taraf, yaitu P1: 0% pupuk NPK + biosaka, P2: 50% pupuk NPK + biosaka, P3:100% pupuk NPK tanpa biosaka. Perlakuan kontrol adalah P0: tanpa pupuk dan tanpa biosaka. Sebelum ditanam, benih mentimun direndam dalam suspensi Azotobacter chroococcum (108 CFU/ml) selama 6 jam. Proses budi daya dilakukan di dalam rumah kaca (screenhouse) dengan kisaran rata-rata suhu yaitu 22-27,1°C dan kisaran rata-rata persentase kelembapan yaitu 53-90% selama 8 minggu dan pengambilan data profil pertumbuhan dilakukan tiap 1 minggu. Pemberian biosaka dilakukan setiap 5 hari sekali dan pasokan pupuk NPK setiap 7 hari sekali setelah 2 MST dengan variasi konsentrasi NPK per polybag yaitu 0%; 50% (0,36 g) dan 100% (0,72 g). Hasil penelitian menunjukkan bahwa penerapan elisitor biosaka, konsentrasi pupuk NPK dan perendaman benih dalam PGPR Azotobacter chroococcum menunjukkan peningkatan variabel pertumbuhan dan perolehan tanaman mentimun, dan jumlah populasi mikroorganisme Azotobacter chroococcum setelah penanaman yang meningkat menunjukkan pengaruh terhadap peningkatan pertumbuhan dan perolehan tanaman mentimun. Sinergitas pemberian elisitor biosaka dan perendaman benih dalam PGPR (P2) yang menghasilkan perolehan tanaman terbaik, menunjukkan budidaya tanaman mentium dapat dilakukan lebih ramah lingkungan dan biaya lebih murah dengan mengurangi pemakaian pupuk NPK sebesar 50% dari yang lazim digunakan.