Identifikasi kedalaman batuan dasar di area cekungan sedimen merupakan aspek
yang penting dalam studi prospeksi hidrokarbon. Relief topografi batuan dasar
umumnya disebabkan oleh aktivitas tektonik yang memicu terbentuknya struktur
sesar. Pada area cekungan sedimen, perangkap hidrokarbon dapat terbentuk di
sekitar struktur sesar yang berperan sebagai jalur migrasi fluida. Dalam eksplorasi
hidrokarbon, metode gravitasi sering dimanfaatkan sebagai studi pendahuluan
untuk identifikasi kedalaman batuan dasar di bawah area cekungan sedimen dan
identifikasi struktur sesar yang berasosiasi dengan cekungan tersebut. Penelitian ini
bertujuan untuk mengestimasi kedalaman batuan dasar dan struktur sesar
menggunakan data gravitasi di wilayah Banten yang memiliki potensi hidrokarbon
berdasarkan eksistensi Cekungan Bogor dan manifestasi rembesan hidrokarbon di
permukaan.
Dalam penelitian ini, batas anomali dan struktur sesar dianalisis berdasarkan hasil
perhitungan gradien anomali HGM (Horizontal Gradien Magnitude) yang
diturunkan dari anomali Bouguer dan turunannya berupa TAHG (Tilt Angle of
Horizontal Gradien). Estimasi kedalaman batuan dasar secara semi-kuantitatif
dilakukan melalui pendekatan dekonvolusi Euler yang dihitung menggunakan dua
parameter berbeda, yaitu ukuran jendela 10x10 dan SI (Structural Index) sebesar 1
serta ukuran jendela 20x20 dan SI senilai 0.5. Hasil perhitungan kedalaman Euler
digunakan sebagai perbandingan terhadap model densitas bawah-permukaan dari
pemodelan inversi 3D. Pemodelan inversi dilakukan menggunakan perangkat lunak
Grablox 1.6 yang berjalan berdasarkan algoritma SVD (Singular Value
Decomposition) dan inversi Occam. Data observasi yang digunakan dalam
pemodelan inversi adalah anomali residual dari anomali Bouguer yang dihasilkan
melalui Butterworth filtering pada panjang gelombang 50 km. Data geologi
regional dan model kecepatan 1D dari analisis receiver function di daerah penelitian
digunakan sebagai data tambahan untuk mendukung hasil yang diperoleh dari
penelitian ini.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa TAHG mampu mempertajam batas anomali
dan struktur sesar dari hasil HGM yang teredam akibat pengaruh kedalaman.
Kelurusan yang diekstrak dari gradien anomali tersebut berkorelasi dengan baik
terhadap batas anomali tinggi dan rendah dari anomali residual dan mampu
mendelineasi sebagian struktur sesar yang bersifat regional. Titik lokasi rembesan
hidrokarbon juga berasosiasi dengan kelurusan dari gradien anomali yang
menunjukkan adanya rekahan atau sesar yang membawa hidrokarbon tersebut
mencapai permukaan. Selain itu, hasil perhitungan kedalaman Euler menggunakan
ukuran jendela 20x20 dan SI sebesar 0.5 lebih representatif dalam mengidentifikasi
kedalaman batuan dasar di area studi dibandingkan dengan ukuran jendela 10x10
dan SI senilai 1. Kesimpulan tersebut diperoleh berdasarkan perbandingan
kedalaman Euler terhadap hasil analisis receiver function pada penelitian
sebelumnya dan model densitas yang diperoleh dalam penelitian ini. Berdasarkan
model densitas yang dihasilkan, terdapat struktur yang membentuk cekungan pada
sebagian besar area Cekungan Bogor hingga mencapai kedalaman maksimum 7.8
km. Indikasi cekungan tersebut konsisten terhadap sebaran anomali rendah dari
anomali residual pada Cekungan Bogor yang menunjukkan batas-batas lateral dari
struktur cekungan. Selain itu, pada wilayah selatan dari Cekungan Bogor juga
terdapat indikasi variasi kedalaman batuan dasar yang membentuk struktur
cekungan dengan eksistensi struktur sesar yang cukup kompleks dan berasosiasi
dengan titik-titik rembesan hidrokarbon. Dengan demikian, dapat disimpulkan
bahwa kedalaman batuan dasar dapat diidentifikasi dengan baik melalui pendekatan
semi-kuantitatif dan model densitas bawah-permukaan dari data gravitasi.