digilib@itb.ac.id +62 812 2508 8800

ABSTRAK_Amanda Aufa Khairunnisa
PUBLIC Perpustakaan Prodi Arsitektur

Dalam meniti langkah pendewasaan, pengalaman di kehidupan awal anak dan remaja sangat memengaruhi masa depan mereka. Kesehatan mental merupakan salah satu faktor penting untuk mencapai kualitas tumbuh kembang dan kesejahteraan yang holistik. Gangguan kesehatan mental di usia dini yang tidak ditangani akan berdampak pada kualitas fungsi kognitif, produktivitas, hingga berisiko mengidap gangguan jiwa serius saat beranjak dewasa. Angka prevalensi gangguan kesehatan mental pada usia anak dan remaja di Indonesia masih menjadi isu yang tengah disoroti beberapa tahun terakhir. Kasus kekerasan merupakan faktor pemicu gangguan mental pada anak remaja dengan prevalensi yang juga terus meningkat drastis. Pada tahun 2022, Kementerian Perempuan dan Perlindungan Anak menunjukkan adanya keterkaitan antara pengalaman tindak kekerasan dengan gangguan kesehatan mental pada korban remaja. Hal ini memunculkan urgensi kebutuhan integrasi layanan trauma-healing akibat kekerasan sebagai langkah preventif dalam fasilitas kesehatan mental. Namun, saat ini fasilitas di Indonesia belum mengoptimalkan intervensi lingkungan fisik untuk membantu proses pemulihan. Tesis ini berfokus untuk merancang pusat pemulihan kesehatan mental (mental healthcare) untuk anak remaja dengan mengintegrasikan layanan trauma-healing. Melalui metode summative content analysis terhadap teori yang relevan dengan pendekatan Therapeutic Environment, kriteria perancangan dirumuskan untuk menciptakan lingkungan arsitektural yang memberi stimulus positif guna membantu pemulihan psikologis anak dan remaja. Kriteria perancangan memiliki empat topik persoalan utama, yaitu Sense of Control, Social Well-Being, Positive Distractions, dan Mitigating Environmental Stressors. Kriteria kemudian diimplementasikan dalam strategi desain terapeutik dalam tiga skala konsep, yaitu (1) Perancangan Tapak: zoning and massing, landscape, natural features; (2) Arsitektur: homelike image, interactive wayfinding, comfort and healthy; (3) Interior: flexibility, spatial complexity, securely active. Tesis ini diharapkan dapat berkontribusi terhadap perancangan arsitektur berbasis kesehatan mental atau lingkungan penyembuhan people-centered.