Aktivitas fisik yang kurang dapat beresiko menyebabkan penyakit tambahan
lainnya pada pengidap diabetes mellitus salah satunya yakni depresi, selain itu juga
banyak bukti yang menunjukkan hubungan antara status sosial ekonomi dan
prevalensi diabetes. Oleh karena itu penelitian ini bertujuan untuk mengetahui
seberapa besar dan bagaimana hubungan tingkat aktivitas fisik, status ekonomi dan
depresi pada pengidap diabetes mellitus di Kota Bandung. Metode penelitian yang
digunakan yakni, deskriptif kuantitatif, dengan analisa data korelasi uji Chi-Square,
yang berjumlah 166 subjek yang aktif mengikuti prolanis. Hasil penelitian ini
menunjukan bahwa tingkat aktivitas fisik pada pengidap diabetes mellitus di Kota
Bandung cenderung sedang, dengan status ekonomi yang rendah dan tingkat gejala
depresi nomal. Berdasarkan hasil analisa data dengan uji Chi-square didapatkan
nilai significancy antara aktivitas fisik dengan status ekonomi yakni 0.272 (P>0,05),
artinya tidak terdapat hubungan yang signifikan. Antara aktivitas fisik dan gejala
depresi didapatkan nilai significancy 0.273 (P>0,05), artinya tidak terdapat
hubungan yang signifikan. Status ekonomi dengan gejala depresi didapatkan nilai
significancy 0,085 (P>0,05), artinya tidak terdapat hubungan yang signifikan antara
status ekonomi dan depresi pada pengidap diabetes mellitus di Kota Bandung.
Kesimpulan yang didapat yakni pada pengidap diabetes mellitus di Kota Bandung
yang mengikuti program layanan kronis diabetes tidak terdapat hubungan yang
signifikan antara aktivitas fisik, status ekonomi dan gejala depresi, karena
berdasarkan fakta dilapangan para pengidap aktif dalam melakukan kegiatan
prolanis yang dapat membantu penyembuhannya.