digilib@itb.ac.id +62 812 2508 8800

Dalam lanskap bisnis global saat ini, tim multikultural bukan hanya menjadi hal yang umum tetapi juga menjadi hal yang penting untuk merangsang inovasi dan daya saing. Namun, bersama dengan manfaat dari keragaman budaya juga datang tantangan, terutama dalam bidang komunikasi dan penyelesaian konflik. Studi ini menjelajahi dinamika budaya yang rumit dan strategi penyelesaian konflik dalam tim manajemen Terra, sebuah startup fashion yang sedang berkembang di Bandung. Tim ini terdiri dari tiga pemangku kepentingan utama: Brian Hans (Keuangan), Alwi Zaid Dingri (Konten Kreatif untuk Media Sosial dan Hubungan Masyarakat), dan Cornelio Stevan Putra (Desain Produk), masing-masing memberikan latar belakang budaya dan gaya penyelesaian konflik yang unik. Mengacu pada kerangka teoritis model Konflik antargrup Greer dan Dannals (2017), Model Budaya Lewis (1990), dan analisis DISC, penelitian ini bertujuan untuk mengungkapkan nuansa perbedaan budaya dan dampaknya pada penyelesaian konflik dalam tim manajemen Terra. Temuan mengungkapkan keberagaman budaya yang kaya, dengan Brian Hans menunjukkan kepribadian Linier-Aktif, yang ditandai dengan fokus berorientasi pada tugas dan kecenderungan untuk memprioritaskan kewajiban profesional daripada masalah pribadi. Sebaliknya, Alwi Zaid dan Cornelio menunjukkan kepribadian Reaktif, menekankan hubungan interpersonal dan menjaga batas yang fleksibel antara kehidupan pribadi dan profesional. Menggabungkan analisis DISC ke dalam studi ini memberikan wawasan tambahan tentang dinamika tim. Karakteristik kepribadian dominan Brian sejalan dengan gaya 'D' (Dominance), yang mengindikasikan sikap tegas dan pendekatan berorientasi pada hasil. Sebaliknya, penekanan Alwi Zaid dan Cornelio pada hubungan antarpribadi sesuai dengan gaya 'I' (Influence), yang menyoroti sifat sosial dan berorientasi pada orang lain. Mengakui kecenderungan perilaku yang berbeda ini penting untuk memahami bagaimana individu dalam tim mempersepsikan dan menavigasi konflik. Memahami interaksi antara latar belakang budaya, sifat kepribadian, dan strategi penyelesaian konflik sangat penting untuk merangsang koherensi dan produktivitas dalam tim multikultural. Oleh karena itu, studi ini mengusulkan rencana implementasi komprehensif yang disesuaikan dengan tim manajemen Terra. Rencana ini mencakup pendekatan multi-faset, termasuk pelatihan sensitivitas budaya, latihan membangun tim secara berkala, dan pembentukan saluran komunikasi yang jelas. Selain itu, dengan memanfaatkan wawasan dari analisis DISC, rencana ini mengintegrasikan strategi penyelesaian konflik yang dipersonalisasi yang sesuai dengan preferensi perilaku masing-masing anggota tim. Dengan memeluk keragaman budaya dan memanfaatkan kekuatan gaya kepribadian individu, Terra dapat mengubah konflik potensial menjadi peluang untuk pertumbuhan dan kolaborasi. Lebih lanjut, dengan membina budaya inklusivitas dan saling menghormati, organisasi dapat membentuk lingkungan tim yang dinamis yang mendukung inovasi dan kesuksesan. Penelitian ini memberikan kontribusi pada wacana yang lebih luas tentang dinamika tim multikultural dan strategi penyelesaian konflik dengan menawarkan eksplorasi yang nuansa tentang pengalaman tim manajemen Terra. Dengan mengintegrasikan beberapa kerangka teoritis dan wawasan praktis, penelitian ini menyediakan panduan komprehensif bagi organisasi yang menghadapi tantangan serupa dalam pasar yang semakin global saat ini. Pada akhirnya, dengan memeluk keragaman budaya dan memanfaatkan keunikan dari masing-masing anggota tim, organisasi seperti Terra dapat memposisikan diri untuk pertumbuhan dan daya saing yang berkelanjutan dalam lanskap bisnis yang selalu berubah. Perbedaan budaya dalam tim manajemen Terra memiliki potensi untuk menyebabkan konflik karena kurangnya komunikasi. Brian Hans, yang ditandai dengan kepribadian Linier-Aktif, memisahkan pekerjaan dari kehidupan pribadi, tampak lebih tegas dalam lingkup profesional. Sebaliknya, Alwi dan Cornelio, dengan kepribadian Reaktif, tetap konsisten dalam perilaku mereka di kedua konteks, berakar pada keyakinan bahwa persahabatan adalah dasar bisnis mereka. Ketidakselarasan dalam gaya komunikasi ini dapat menyebabkan konflik dalam dinamika manajemen Terra.