digilib@itb.ac.id +62 812 2508 8800

Motif poleng memiliki arti yang penting dalam kehidupan masyarakat Bali. Motif poleng memiliki pola kotak-kotak sederhana menyerupai papan catur yang terbentuk dari perpaduan antara dua warna yaitu hitam dan putih yang kadang-kadang diselingi warna abu-abu diantara warna hitam dan putih, atau diselingi warna merah. Biasanya motif poleng terlihat dililitkan pada pohon-pohon tertentu, arca dwaraphala (patung-patung penjaga), juga dipakai para pecalang (penjaga keamanan desa pakraman), dan pemakaian lainnya yang terkait dengan kegiatan ritual agama Hindu. Sehingga dapat dikatakan bahwa motif poleng memiliki nilai yang sakral dalam agama Hindu di Bali. Namun dalam perkembangan selanjutnya, motif poleng di Bali menjadi wacana identitas yang cukup masif. Hal ini dianggap sebagai pelanggaran dan pencemaran terhadap simbol – simbol agama yang bernilai batin, dan karenanya pula pencemaran terhadap simbol-simbol itu akan dapat menyinggung ketenangan batin pemeluknya. Motif poleng yang memiliki pengertian setara dengan konsep rwa bhineda, tidak jarang dipakai sebagai pembungkus makanan atau sebagai penutup meja suatu restoran, sehingga penting untuk mencermati nuansa religi yang dapat menimbulkan perdebatanperdebatan tentang simbol-simbol agama tersebut pada tahap pemakaiannya. Pergeseran budaya yang terjadi dalam masyarakat Bali yang menimbulkan juga pergeseran makna spiritualitas yaitu penghayatan dan pengalaman manusia dalam memberikan makna motif poleng, maka peneliti berpendapat bahwa sangat penting memahami makna motif poleng dalam pergeseran . Fokus penelitian pada pengalaman masyarakat Bali tentang motif poleng dengan menemukan makna spiritualitas motif poleng dengan pengalaman pengguna, dengan mengajukan pertanyaan, yaitu (1) Bagaimana mengidentifikasi nilai spiritualitas motif poleng ? (2) Bagaimana mendeskripsikan makna spiritualitas motif poleng dalam budaya Bali ? (3) Bagaimana mendeskripsikan makna spiritualitas motif poleng dalam budaya Bali kontemporer ? Penelitian ini bertujuan untuk (1) Mengidentifikasi nilai spiritualitas dalam budaya Bali; (2) Mendeskripsikan makna spiritualitas motif poleng dalam budaya Bali; (3) Mendeskripsikan makna spiritualitas motif poleng dalam budaya Bali kontemporer. Berdasarkan objek yang dikaji dan tujuan penelitian maka penelitian dilakukan dengan metode fenomenologi agar dapat menyusun dan mengembangkan teori-teori berdasarkan data empiris. Penelitian yang akan dilakukan dalam bentuk studi kasus tunggal dengan pendekatan holistik penuh dengan perspektif budaya dan bersifat grounded research. Jenis penelitiannya adalah penelitian dasar dengan metode deskriptif analitis. Metode deskriptif analitis diterapkan dengan melihat sifat data penelitian dalam aspek spiritualitas pada motif poleng dan aspek aspek spiritualitas dalam budaya Bali kontemporer. Metode fenomenologi Schultz digunakan pada saat pengambilan dan analisis data. Hal tersebut dilakukan untuk melihat keterkaitan antara makna motif poleng dengan budaya Bali kontemporer. Keterkaitan tersebut menjadi temuan bagi peneliti tentang pergeseran makna motif poleng dalam budaya Bali kontemporer. Penelitian ini dilakukan dengan beberapa tahapan dengan bertolak dari data menuju suatu teori. Sumber Data penelitian adalah informan sekaligus pelaku dan tokoh-tokoh budaya Bali, tokoh-tokoh agama Hindu, dan lembagalembaga budaya yang ada di Bali. Teknik pengumpulan data dengan melalui alat-alat (instrumen) penelitian dengan melakukan wawancara, observasi, studi pustaka, dan dokumen (arsip). Teknik pengumpulan data menurut fenomenologi dipersyaratkan dengan menentukan informan kunci, yang dapat dipercaya mampu “membukakan pintu” bagi peneliti untuk menentukan objek penelitian.