BAB I PENDAHULUAN
Terbatas  Noor Pujiati.,S.Sos
» Gedung UPT Perpustakaan
Terbatas  Noor Pujiati.,S.Sos
» Gedung UPT Perpustakaan
BAB II TINJAUAN PUSTAKA
Terbatas  Noor Pujiati.,S.Sos
» Gedung UPT Perpustakaan
Terbatas  Noor Pujiati.,S.Sos
» Gedung UPT Perpustakaan
BAB IV PERUMUSAN TRADISI UNDAGI
Terbatas  Noor Pujiati.,S.Sos
» Gedung UPT Perpustakaan
Terbatas  Noor Pujiati.,S.Sos
» Gedung UPT Perpustakaan
BAB V PEMERTAHANAN TRADISI UNDAGI
Terbatas  Noor Pujiati.,S.Sos
» Gedung UPT Perpustakaan
Terbatas  Noor Pujiati.,S.Sos
» Gedung UPT Perpustakaan
BAB VI PENUTUP
Terbatas  Noor Pujiati.,S.Sos
» Gedung UPT Perpustakaan
Terbatas  Noor Pujiati.,S.Sos
» Gedung UPT Perpustakaan
BAB III METODOLOGI PENELITIAN
Terbatas  Noor Pujiati.,S.Sos
» Gedung UPT Perpustakaan
Terbatas  Noor Pujiati.,S.Sos
» Gedung UPT Perpustakaan
Metodologi perancangan pada arus utama global cenderung berbasis tradisi barat
yang rasionalistik dan teknokratik sehingga meminggirkan sistem pengetahuan
lokal. Di Bali, undagi sebagai master builder mewarisi sistem pengetahuan
rancang-bangun arsitektural yang menyatukan fungsi, estetika, kosmologi, dan
spiritualitas, yang telah berlangsung sejak abad ke-9.
Tradisi undagi mewariskan sistem desain arsitektural yang tidak hanya bersifat
fungsional dan estetis, tetapi juga spiritual dan kosmologis. Orientasi ruang pada
Gunung Agung (konsep Padma Bhuwana), penggunaan ukuran modulasi, pelibatan
ritus dalam tahapan pembangunan, serta aktivasi energi taksu, merupakan bagian
integral dari sistem epistemologi rancang bangun yang berakar kuat pada nilai
lokal. Sistem ini terbukti menciptakan lingkungan binaan yang harmonis secara
sakala–niskala, serta menyatu dengan struktur sosial dan spiritual masyarakat Bali.
Namun, dalam dinamika pembangunan kontemporer, posisi undagi semakin
tersubordinasi sistematis. Proyek-proyek arsitektur di Bali saat ini lebih banyak
dikerjakan oleh arsitek dan desainer lulusan pendidikan formal berbasis metodologi
modern. Peraturan Daerah No. 5 Tahun 2005 tentang Arsitektur Bangunan Gedung
memang mengatur pentingnya filosofi dan identitas lokal, tetapi belum
mengarusutamakan peran undagi sebagai pewaris otoritatif tradisi perancangan.
Hal ini berdampak pada melemahnya kontinuitas nilai-nilai spasial dan spiritual
yang mendasari tata ruang Bali.
Penelitian ini bertujuan (1) merumuskan secara sistematis sistem pengetahuan
undagi dan (2) memetakan unsur-unsur yang tetap relevan untuk membentuk
metodologi perancangan bangunan masa kini. Riset menggunakan pendekatan
kualitatif-interpretatif dengan strategi etnografis-historis (penelusuran dari abad ke
9 hingga kini) dan studi kasus kualitatif pada bangunan kontemporer di Bali.
Analisis berpijak pada hermeneutika filosofis (Gadamer–Ricoeur) untuk
menjembatani horizon emic (tradisi undagi) dan etic (akademik modern), semiotika
untuk mengode tanda arsitektur (ikon–indeks–simbol; denotasi–konotasi–mitos),
serta analisis spasial Lefebvre (conceived–perceived–lived space). Data primer
mencakup observasi lapangan dan wawancara mendalam dengan undagi, arsitek,
dan pemangku adat; data sekunder meliputi lontar (Ashta Kosala-Kosali, Ashta
Bh?mi), arsip, dan dokumentasi proyek. Kredibilitas dijaga melalui triangulasi
sumber–metode dan audit trail.
Temuan utama: (a) tersusun Construct 1—rumusan sistem pengetahuan undagi
(tala/proporsi tubuh, orientasi kaja–kelod, hirarki tri mandala/tri angga, ritus siklus
ruang, dan taksu sebagai daya ruang); (b) terpetakan pola kesinambungan
transformasi pada studi kasus kontemporer (adopsi prinsip kosmologis dengan
adaptasi tipologi, material, dan manajemen proyek modern); (c) terformulasi
Construct 2—peta metodologi perancangan berbasis budaya yang operasional
untuk kolaborasi undagi–arsitek, mengikat makna kosmologis sekaligus memenuhi
kinerja teknis dan regulatif.
Kontribusinya memperkaya teori metodologi desain (di luar hegemoni rasionalisme
Barat) dan menawarkan pedoman implementatif bagi pendidikan, kebijakan, serta
praktik metodologi perancangan (design-build approach) berkelanjutan di Bali.
Perpustakaan Digital ITB