digilib@itb.ac.id +62 812 2508 8800

Zharfan Abizar Tasnim-1.pdf
PUBLIC Open In Flip Book Lili Sawaludin Mulyadi

Pertumbuhan penduduk yang semakin meningkat di wilayah Kabupaten Bandung khususnya di wilayah DAS Cisangkuy menyebabkan terjadinya alih fungsi lahan yang intensif. Alih fungsi lahan berpengaruh pada aliran limpasan dan debit sehingga berdampak pada keberlanjutan sumber daya air Sungai Citarum. Limpasan yang semakin besar akan menyebabkan banjir saat musim hujan. Sedangkan pada musim kemarau, aliran dasar akan semakin berkurang akibat kurangnya infiltrasi air ke dalam tanah. Kedua hal tersebut biasa disebut dengan fenomena ekstrimitas debit. Penelitian ini dilakukan dengan tujuan untuk melakukan penilaian fungsi hidrologis berdasarkan ekstrimitas debit sungai sebagai dampak dari perubahan tata guna lahan di wilayah DAS Cisangkuy. Untuk mengetahui pengaruh penggunaan lahan terhadap fungsi konservasi air tanah maka dilakukan analisis indeks konservasi. Metode yang dilakukan adalah memberikan bobot pada parameter curah hujan, jenis batuan, jenis tanah, topografi, dan penggunaan lahan yang masing-masing telah di nilai sesuai pengaruhnya pada kemampuan untuk menyerap air hujan. Berdasarkan analisis indeks konservasi, dalam periode tahun 2012-2022, diketahui adanya penurunan fungsi konservasi di wilayah DAS Cisangkuy. Penurunan nilai fungsi konservasi ditunjukkan oleh peningkatan kriteria konservasi kritis seluas 4.042,41 ha atau 11,86%. Ekstrimitas debit dapat dilihat berdasarkan nilai debit maksimum yang semakin besar di wilayah hilir dan nilai debit minimum yang semakin kecil di wilayah hulu. Nilai debit yang semakin ekstrim menyebabkan adanya gangguan terhadap infrastruktur sumber daya air di Sungai Cisangkuy yang ditandai dengan penurunan nilai debit kering dan peningkatan nilai debit banjir pada periode sebelum dan sesudah perkembangan wilayah. Penerapan sistem drainase lingkungan dan sumur resapan untuk mengembalikan fungsi hidrologis di blok perumahan Hari Residence Pangalengan menunjukkan kemampuan untuk menampung debit limpasan pada periode ulang 10 hingga 20 tahun sesuai dengan konsep zero limpasan yang tidak membebani fungsi infrastruktur drainase makro/sungai alami.