digilib@itb.ac.id +62 812 2508 8800

2024 TS PP ELSA MELISA SRI TANJUNG.pdf
PUBLIC Open In Flip Book Perpustakaan Prodi Arsitektur

Perubahan iklim dianggap sebagai salah satu tantangan paling signifikan di abad ke-21, membawa dampak yang luas dan mendalam pada berbagai aspek kehidupan, terutama pada lingkungan. Fokus perancangan ini adalah pada riparian Waduk Pluit di Jakarta, sebuah wilayah peralihan antara darat dan air, yang mengalami dampak serius akibat perubahan iklim. Analisis dari penelitian sebelumnya, data iklim menunjukkan peningkatan suhu udara sebesar 1,1 °C selama 47 tahun terakhir, serta prediksi kenaikan suhu dan curah hujan yang signifikan pada masa mendatang. Perancangan ini merinci ancaman konkret yang akan dihadapi oleh riparian Waduk Pluit, termasuk risiko erosi, urban heat island, sedimentasi dan kenaikan perumukaan air waduk. Selain itu, masalah seperti kurangnya vegetasi dan stabilitas riparian akibat penggunaan lumpur hasil pengerukan sedimentasi sebagai perkuatan sementara menjadi isu kritis yang memerlukan perhatian serius. Dengan merinci tren perubahan iklim dan ancaman terkait, perancangan ini memandang pendekatan Ecosystem-based Adaptation (EBA) sebagai kerangka kerja yang sesuai untuk merespon perubahan iklim dan meningkatkan keberlanjutan. Dalam konteks perancangan riparian Waduk Pluit penerapan EBA menjadi relvan, karena pendekatan ini memungkinkan kita untuk mengintegrasikan keanekaragaman hayati dan layanan ekosistem yang ada dan akan dibentuk dapat beradaptasi terhadap perubahan iklim. Analisis lebih lanjut didasari oleh 2 metode analisis, yaitu metode analisis tapak dengan pendekatan kontekstual pada perancangan tapak yang berkelanjutan sebagai metode utama, lalu dilengkapi oleh pedoman untuk perancangan, implementasi dan pemantuan intervensi EBA. Hasil perancangan ini memberikan konteks yang lebih kaya dalam mengidentifikasi ancaman signifikan di lingkungan riparian. Dalam konteks perancangan riparian Waduk Pluit, solusi berbasis EBA menjadi fokus utama. Intervensi naturalisasi, melalui peningkatan vegetasi riparian dan pembentukan ruang terbuka hijau, diusulkan sebagai strategi utama. Naturalisasi dapat mengintegrasi ekosistem ke dalam desain manusia. Naturalisasi dapat memberikan ruang bagi vegetasi riparian untuk tumbuh. Keberadaan tanaman riparian dapat mengontrol iklim mikro pada riparian dan badan air waduk. Tanaman riparian di sepanjang waduk dapat membentuk koridor terrestrial, sarana bagi habitat akuatik dan terrestrial, kontrol erosi dengan menggunakan tanaman sebagai perkuatan riparian, penjebak sedimen pada run-off. Selain itu tanaman riparian yang dipilih pada desain sudah mengatisipasi kenaikan permukaan air waduk. Penambahan sediment forebay juga dtambahkan untuk menanggulangi masalah sedimentasi yang berasal dari inflow chanel, sehingga aktivitas pengerukan dapat berfokus pada bagian forebay yang telah dilengkapi akses perawatan untuk menghindari kerusakan tanaman riparian akibat aktivitas alat berat. Penerapan prinsip-prinsip EBA diharapkan mampu menciptakan riparian yang lebih tahan terhadap perubahan iklim, melalui penggabungan solusi ekologis, sosial, dan teknis. Studi ini bukan hanya mengidentifikasi permasalahan dan tantangan yang dihadapi riparian Waduk Pluit, tetapi juga memberikan solusi konkrit dan berkelanjutan melalui pendekatan EBA. Hasil ini diharapkan dapat menjadi panduan bagi perancangan riparian di wilayah urban lainnya yang menghadapi masalah serupa, serta memberikan kontribusi pada pemahaman umum mengenai pentingnya integrasi ekologi dalam rencana adaptasi perubahan iklim.