Dislipidemia adalah suatu keadaan gangguan metabolisme lipoprotein dengan
manifestasi salah satu atau lebih hal berikut yaitu kenaikan konsentrasi kolesterol
total, Low Density Lipoprotein (LDL), trigliserida atau penurunan kolesterol High
Density Lipoprotein (HDL) dalam darah. Dislipidemia merupakan salah satu faktor
risiko utama terjadinya penyakit jantung koroner. Angka kematian akibat penyakit
jantung koroner yang terus meningkat dari tahun ke tahun, menunjukkan bahwa
prevalensi dislipidemia masih tinggi dan terus meningkat setiap tahunnya. Terapi
dislipidemia masih terus dikembangkan karena penyakit jantung koroner akibat
komplikasi dislipidemia masih menjadi penyebab utama kematian.
Beberapa sumber daya hayati secara tradisional telah digunakan sebagai terapi
dislipidemia turun temurun, diantaranya adalah buah lerak (Sapindus rarak DC.),
cangkang kepiting bakau (Scylla serrata), daun bintangur (Calophyllum soulattri,
Burm), kulit buah jambu mete (Anacardium occidentale L.), dan buah tengkawang
tungkul (Shorea stenoptera Burck). Aktivitas antidislipidemia sumber daya hayati
tersebut telah dilaporkan oleh beberapa peneliti, namun penelitian mengenai
mekanisme kerjanya sebagai antidislipidemia masih terbatas.
Penelitian ini bertujuan untuk mengkaji aktivitas antidislipidemia ekstrak buah
lerak (Sapindus rarak DC.), cangkang kepiting bakau (Scylla serrata), daun
bintangur (Calophyllum soulattri, Burm), kulit buah jambu mete (Anacardium
occidentale L.), dan buah tengkawang tungkul (Shorea stenoptera Burck) dan
mekanisme kerja ekstrak, fraksi serta subfraksi terpilih. Penelitian dilakukan
melalui studi in vitro, in vivo, histologi, dan in silico. Studi in vitro dilakukan untuk
menguji aktivitas ekstrak, fraksi dan subfraksi terpilih melalui penghambatan enzim
HMG CoA reduktase dan melalui uji antioksidan dengan metode DPPH (2,2-
difenil-1-pikril-hidrazil) dan FRAP (Ferric Reducing Antioxidant Power) sebagai
sumber radikal bebas. Sebelum dilakukan pengujian aktivitas antidislipidemia,
dilakukan studi untuk mendapatkan hewan model dislipidemia dengan formula
yang optimal. Aktivitas antidislipidemia ekstrak dan fraksi terpilih dilakukan secara
in vivo untuk mengkaji perbaikan lipoprotein dan studi histologi untuk mengkaji sel
normal, degenerasi hidropik, degenerasi lemak dan nekrosis pada sel hati tikus.
Tikus diinduksi dengan formula tinggi kolesterol selama 30 hari, kemudian diberi
ii
bahan uji secara oral selama 30 hari dengan tetap diinduksi formula tinggi
kolesterol selama 30 hari dan diamati profil lipoprotein serta profil histologi sel
hati. Studi in vitro ekstrak dan subfraksi aktif terpilih melalui studi viabilitas dan
mengkaji ekspresi dan populasi reseptor LDL (LDLR) pada sel HepG2. Konfirmasi
secara in silico penambatan molekul (molecular docking) dan ADMET serta
dinamika molekul melalui penghambatan senyawa aktif subfraksi aktif dengan
pembanding simvastatin terhadap enzim HMG CoA reduktase dan studi
pendahuluan melalui uji in silico docking molekul dan ADMET dilakukan pada
senyawa asam anakardat, beta-sitosterol, caloxanthon B, hederagenin, kitin,
resveratrol, dan stigmasterol yang secara studi literatur terkandung dalam sampel
uji mempunyai afinitas untuk berikatan dengan sisi aktif reseptor HMG CoA
reduktase, HMG sintase, reseptor LDL, peroxisome proliferator-activated
receptor-alpha receptors (PPAR-Alfa) dan Hydroxycarboxylic Acid Receptor 2
(HCAR 2).
Buah lerak (Sapindus rarak DC.), daun bintangur (Calophyllum soulattri Burm),
kulit buah jambu mete (Anacardium occidentale L.), dan buah tengkawang tungkul
(Shorea stenoptera Burck) diekstraksi dengan metode ekstraksi sinambung dengan
alat Soxhlet dengan menggunakan pelarut etanol 96%. Cangkang kepiting bakau
(Scylla serrata) disolasi menggunakan metode demineralisasi dan deproteinasi
untuk mendapatkan senyawa kitin. Hasil penapisan fitokimia pada ekstrak buah
lerak terdeteksi golongan alkaloid, fenol, flavonoid, saponin dan
steroid/triterpenoid. Ekstrak daun bintangur terdeteksi golongan fenol, tanin,
flavonoid, saponin, dan steroid/triterpenoid. Ekstrak kulit buah jambu mete
terdeteksi golongan alkaloid, fenol, kuinon dan steroid/triterpenoid. Ekstrak buah
tengkawang terdeteksi golongan alkaloid, fenol, tanin, flavonoid dan
steroid/triterpenoid. Hasil isolasi cangkang kepiting bakau mengandung alkaloid
dan berdasarkan uji dengan Spektrofotometer Fourier Transform Infra Red (FTIR)
menunjukkan senyawa kitin.
Hasil uji IC50 aktivititas penghambatan enzim HMG CoA reduktase ekstrak buah
lerak, cangkang kepiting bakau, daun bintangur, kulit buah jambu mete, buah
tengkawang dan pravastatin sebagai pembanding berturut-turut adalah 75,95 ± 1,13
µg/mL; 36,65 ± 0,78 µg/mL; 63,91 ± 0,12 µg/mL; 66,82 ± 0,16 µg/mL; 25,33 ±
0,54 µg/mL, dan 6,95 ± 0,19 µg/mL. Hasil uji aktivitas antioksidan dengan IC50
2,2-difenil-1-pikril-hidrazil (DPPH) dan antioxidant activity index (AAI) ekstrak
buah lerak, cangkang kepiting bakau, daun bintangur, kulit buah jambu mete, buah
tengkawang dan asam askorbat sebagai pembanding berturut-turut adalah 6,63 ±
0,01 µg/mL; 5,94 ± 0,07, 24,38 ± 0,03 µg/mL; 1,62 ± 0,06, 6,11 ± 0,03 µg/mL;
6,44 ± 0,06, 2,12 ± 0,05 µg/mL; 18,58 ± 0,22, 0,28 ± 0,02 µg/mL; 140,71 ± 5,03,
dan 0,60 ± 0,03 µg/mL; 65,67 ± 1,06. Hasil uji aktivitas antioksidan dengan IC50
Ferric Reducing Antioxidant Power (FRAP) dan AAI ekstrak buah lerak, cangkang
kepiting bakau, daun bintangur, kulit buah jambu mete, buah tengkawang dan asam
askorbat sebagai pembanding berturut-turut adalah 418,82 ± 7,06 µg/mL; 0,75 ±
0,09, 430,00 ± 10,07 µg/mL; 0,73 ± 0,07, 81,63 ± 0,05 µg/mL; 3,83 ± 0,15, 10,47
± 0,06 µg/mL; 29,88 ± 0,13, 2,70 ± 0,09 µg/mL; 115,64 ± 5,66, dan 5,35 ± 0,02
µg/mL; 58,36 ± 0,93. Ekstrak buah tengkawang memiliki aktivitas penghambatan
iii
HMG CoA reduktase paling tinggi. Aktivitas antioksidan secara in vitro
menunjukkan bahwa ekstrak buah tengkawang memiliki aktivitas antioksidan
paling tinggi sehingga digolongkan ke dalam antioksidan sangat kuat.
Buah lerak (Sapindus rarak DC.), daun bintangur (Calophyllum soulattri, Burm),
kulit buah jambu mete (Anacardium occidentale L.), dan buah tengkawang tungkul
(Shorea stenoptera Burck) difraksinasi dengan ekstraksi cair-cair (ECC) sehingga
diperoleh fraksi n-heksana, etil asetat dan air. Sampel cangkang kepiting bakau
tidak dilanjutkan pada tahap fraksinasi selanjutnya dikarenakan senyawa yang
terkandung dalam cangkang kepiting bakau sudah terdeteksi yaitu senyawa kitin.
Hasil penapisan fitokimia pada fraksi buah lerak; fraksi air terdeteksi golongan
fenol, tanin, flavonoid dan saponin, fraksi etil asetat terdeteksi golongan fenol,
fraksi n-heksana terdeteksi golongan alkaloid, saponin dan steroid/triterpenoid,
fraksi daun bintangur; fraksi air dan fraksi etil asetat terdeteksi golongan fenol,
tanin, flavonoid, saponin dan steroid/triterpenoid, sedangkan fraksi n-heksana
terdeteksi kuinon, saponin dan steroid/triterpenoid; fraksi kulit buah jambu mete,
fraksi air terdeteksi fenol dan flavonoid, fraksi etil asetat terdeteksi golongan fenol,
kuinon dan steroid/triterpenoid, fraksi n-heksana terdeteksi golongan alkaloid,
fenol, flavonoid, kuinon, saponin dan steroid/triterpenoid; fraksi buah tengkawang
tungkul; fraksi air dan fraksi etil asetat terdeteksi fenol, tanin, flavonoid, sedangkan
fraksi n-heksana terdeteksi golongan alkaloid, kuinon dan steroid/triterpenoid.
Fraksi n-heksana buah tengkawang memberikan aktivitas penghambatan enzim
HMG CoA reduktase paling tinggi dengan IC50 10,26 ± 0,31 µg/mL, sedangkan
pravastatin sebagai pembanding 6,25 ± 0,21 µg/mL. Aktivitas antioksidan fraksi nheksana, fraksi etil asetat dan fraksi air dari kulit buah jambu mete (Anacardium
occidentale L.), dan buah tengkawang tungkul (Shorea stenoptera Burck) tidak
berbeda bermakna terhadap asam askorbat sehingga digolongkan ke dalam
antioksidan sangat kuat. Fraksi etil asetat buah tengkawang memberikan aktivitas
antioksidan paling tinggi dengan metode DPPH dengan IC50 DPPH dan AAI
(antioxidant activity index) 0,43 ± 0,12 µg/mL; 92,70 ± 1,95, sedangkan fraksi etil
asetat kulit buah jambu mete memberikan aktivitas antioksidan paling tinggi
dengan metode FRAP dengan IC50 FRAP dan AAI 1,54 ± 0,17 µg/mL; 202,75 ±
3,99. Sebagai pembanding asam askorbat memiliki IC50 dan AAI DPPH 0,68 ± 0,03
µg/mL; 57,94 ± 1,88 dan IC50 FRAP dan AAI 5,10 ± 0,18 µg/mL; 61,22 ± 1,67.
Model hewan dislipidemia dengan peningkatan kadar kolesterol total sebesar 1,63
kali, kadar trigliserida 1,56 kali, kadar LDL 2,53 kali dan penurunan kadar HDL
sebesar -1,08 kali serta diperoleh tingkat kerusakan sel hepar yaitu berupa sel
normal, degenerasi hidropik, degenerasi lemak dan nekrosis dapat terbentuk dengan
metode induksi melalui pemberian induksi formula kolesterol tinggi selama 30 hari.
Ekstrak dan fraksi buah tengkawang merupakan ekstrak dan fraksi terbaik dan
terpilih yang dilanjutkan ke uji in vivo. Hasil uji in vivo menunjukkan bahwa ekstrak
etanol buah tengkawang 2 dosis 300 mg/kg bb, dan fraksi n-heksana 2 buah
tengkawang dosis 255,9 mg/kg bb merupakan ekstrak dan fraksi terpilih dan terbaik
dalam memperbaiki profil lipoprotein berupa penurunan kadar kolesterol,
trigliserida dan LDL serta peningkatan kadar HDL tikus Wistar yang tidak berbeda
iv
bermakna terhadap kelompok simvastatin dosis 3,6 mg/kg bb dan menunjukkan
adanya perbaikian sel hepar berupa perbaikan degenerasi hidropik, degenerasi
lemak dan nekrosis serta memperbaiki sel menjadi sel normal setelah pemberian
ekstrak dan fraksi n-heksana buah tengkawang selama 30 hari.
Fraksi n-heksana buah tengkawang merupakan fraksi terpilih untuk di lanjutkan ke
tahap penelitian subfraksi selanjutnya. Subfraksinasi fraksi n-heksana dilakukan
secara kromatografi cair vakum (KCV) dengan fase diam silika gel 60 H dan elusi
secara gradien menggunakan n-heksana-etil asetat dan diperoleh 16 subfraksi.
Subfraksi dipantau secara kromatografi lapis tipis (KLT) dengan penampak bercak
asam sulfat, FeCl3, sitroborat, Liebermann-Burchard, DPPH dan 2,4,6-tripyridyl-Striazin (TPTZ). Berdasarkan pemantauan, dari 16 subfraksi, subfraksi dengan pola
kromatogram yang sama digabungkan sehingga diperoleh 3 subfraksi gabungan
yaitu subfraksi gabungan 1 ( SFG 1) - subfraksi gabungan 3 (SGF 3).
3 buah tengkawang memberikan aktivitas penghambatan enzim HMG CoA
reduktase paling tinggi dengan IC50 2,398 ± 0,106 µg/mL, sedangkan pravastatin
pembanding 6,184 ± 0,126 µg/mL. 2 dan 3 buah tengkawang memiliki aktivitas
antioksidan dengan IC50 DPPH jauh lebih baik dari pada pembanding asam linoleat,
asam oleat, beta-sitosterol dan juga dengan pembanding asam askorbat. 3 buah
tengkawang memberikan aktivitas antioksidan paling tinggi dengan metode DPPH
dengan IC50 DPPH dan AAI (antioxidant activity index) 0,34 ± 0,074 µg/mL;
115,88 ± 0,74.
Berdasarkan hasil uji in vitro viabilitas terhadap sel hati HepG2 dengan metode
Microtetrazolium (3-(4,5-dimetiltiazol-2-il)-2,5-difenil tetrazolium bromide (MTT)
untuk memperoleh data jumlah sel sehat pada sampel uji. Ekstrak buah tengkawang
dan 3 buah tengkawang dan atorvastatin memiliki persentase viabilitas sel HepG2
terbesar. Berdasarkan hasil uji sitotoksik pada sel HepG2 secara in vitro
menunjukkan bahwa ekstrak buah lerak, ekstrak cangkang kepiting bakau, ekstrak
kulit buah jambu mete, dan ekstrak buah tengkawang memiliki potensi sitotoksik
kategori cukup aktif, sedangkan ekstrak daun bintangur dan 3 buah tengkawang
memiliki potensi sitotoksik kategori lemah. Mekanisme penurunan kolesterol
terutama LDL oleh ekstrak tengkawang dan 3 buah tengkawang dengan
mekanisme peningkatan ekspresi dan populasi reseptor LDL (LDLR) pada sel
HepG2 yang tidak berbeda bermakna terhadap kelompok atorvastatin sebagai
pembanding.
Hasil analisis menggunakan kromatografi gas – spektroskopi massa (KG-SM),
subfraksi gabungan 3 dari fraksi n-heksana menghasilkan adanya 13 senyawa.
Komposisi kandungan asam lemak yang terkandung dalam 3 didominasi oleh asam
lemak tak jenuh (ester oleat dan ester linoleat), senyawa beta-sitosterol dan
stigmast-4-en-3-on serta kandungan asam lemak jenuh (palmitat, stearat, arakidat,
dan miristat).
Hasil uji in silico penambatan molekul dan dinamika molekul oleh beta-sitosterol
dan stigmast-4-en-3-on yang merupakan senyawa aktif yang diprediksi dan
berkontribusi serta terkandung dalam subfraksi aktif gabungan 3 buah tengkawang
v
menunjukkan hasil docking dengan nilai afinitas terbaik yaitu -7,4 kkal/mol dan 7,0
kkal/mol untuk reseptor HMG CoA reduktase dari parameter nilai energi bebas
ikatan dan nilai afinitasnya lebih besar dari pada simvastatin sebagai pembanding.
Hasil simulasi dinamika molekul selama 100 ns diperoleh bahwa simvastatin, betasitosterol, dan stigmast-4-en-3-on tetap stabil berada pada kantung pengikatan
reseptor dan tetap berikatan pada residu asam amino sisi pengikatan reseptor. Hasil
uji in silico docking molekul dan ADMET menunjukkan bahwa asam anakardat,
beta-sitosterol, caloxanthon B, hederagenin, kitin, resveratrol, dan stigmasterol
yang secara studi literatur terkandung dalam sampel uji mempunyai afinitas untuk
berikatan dengan sisi aktif reseptor HMG CoA reduktase, HMG sintase, reseptor
LDL, PPAR-Alfa (kecuali hederagenin), dan HCAR 2, sehingga mempunyai
potensi sebagai obat antidislipidemia. Stigmasterol menunjukkan hasil docking
dengan nilai afinitas terbaik yaitu -8,4 kkal/mol untuk reseptor HMG CoA
reduktase dari parameter nilai energi bebas ikatan yang lebih baik dari atorvastatin
sebagai kontrol positif. Stigmasterol memiliki nilai afinitas terhadap reseptor HMG
sintase terbesar yaitu -8,6 kkal/mol yang lebih baik dari simvastatin sebagai kontrol
positif. Caloxanthon B memiliki nilai afinitas terhadap reseptor LDL terbesar yaitu
-4,7 kkal/mol lebih baik dari simvastatin sebagai kontrol positif. Caloxanthon B
memiliki nilai afinitas terhadap reseptor HCAR 2 terbesar yaitu -5,1 kkal/mol lebih
baik dari asam nikotinat sebagai kontrol positif. Asam anakardat, beta-sitosterol,
caloxanthon B, hederagenin, kitin, resveratrol, dan stigmasterol mengikuti lima
aturan Lipinski, memiliki kelarutan dalam air yang baik, penetrasi sawar darah-otak
yang tidak dapat ditentukan, penyerapan usus yang lemah, pengikatan protein
plasma 90%, tidak ada efek pada sitokrom P450, dan hepatotoksisitas yang sangat
rendah serta memiliki nilai Log P yang besar yang mengindikasikan ketersediaan
hayati yang memadai.
Hasil uji korelasi dengan korelasi Pearson menunjukkan bahwa terdapat korelasi
antara semua parameter. Parameter - parameter tersebut adalah parameter IC50
DPPH, AAI DPPH, IC50 FRAP, AAI FRAP, HMG CoA reduktase, kolesterol,
trigliserida, HDL, LDL, sel normal, degenerasi hidropik, degenerasi lemak,
neksrosis, MTT, dan LDLR.
Berdasarkan hasil penelitian secara keseluruhan, ekstrak buah tengkawang dan
fraksi n-heksana buah tengkawang memberikan efek penghambatan HMG CoA
redukstase, antioksidan, perbaikan profil lipid, perbaikan kerusakan sel hati,
peningkatan ekspresi dan populasi reseptor LDL (LDLR). 3 buah tengkawang
memberikan efek penghambatan HMG CoA redukstase, antioksidan, peningkatan
ekspresi dan populasi reseptor LDL. Beta-sitosterol dan stigmast-4-en-3-on
merupakan senyawa aktif dari beberapa senyawa yang berkontribusi pada subfraksi
aktif. Secara komputasi penambatan molekul (molecular docking) dan dinamika
molekul (Dynamic Molecular), beta-sitosterol dan stigmast-4-en-3-on menghambat
HMG CoA reduktase lebih besar dari pada simvastatin.