digilib@itb.ac.id +62 812 2508 8800

Gedung Filateli merupakan salah satu bangunan heritage di Jakarta yang kini difungsikan sebagai ruang publik kreatif melalui proses placemaking. Pembaruan fungsi pada Gedung Filateli yang kini mewadahi aktivitas ekonomi kreatif diperoleh melalui implementasi adaptive reuse pada placemaking-nya. Adaptive reuse sebagai salah satu upaya yang dapat digunakan dalam merevitalisasi bangunan heritage, dapat diimplementasikan pada placemaking bangunan heritage guna memaksimalkan fungsi bangunan dan menghadirkan ruang publik kreatif yang berkualitas bagi masyarakat. Sebagai ruang publik kreatif, selain menyediakan fasilitas Gedung Filateli Jakarta mewadahi beragam program aktivitas yang berorientasi pada ekonomi kreatif mulai dari, talkshow, peragaan busana, eksebisi produk lokal, dan pertunjukan musik. Keberagaman program aktivitas tersebut melahirkan variasi intervensi pada elemen pembentuk ruangnya: dinding, lantai, plafon, serta tata letak, furnitur, warna dan pencahayaan. Sehingga penelitian ini bertujuan untuk mengidentifikasi intervensi pada elemen apa yang berdampak terhadap persepsi pengunjung selama mengikuti program aktivitas pada placemaking di area great hall Gedung Filateli Jakarta. Penelitian ini fokus mengamati relasi intervensi elemen pembentuk ruang pada program peragaan busana Sapto Djokokartiko, Lazada Talkshow dan pameran produk Vans Skate Lava terhadap persepsi pengunjung. Penelitian diawali dengan melakukan studi literatur, wawancara dengan narasumber ahli dan observasi pada objek observasi pada Gedung Filateli yang mana temuan pada tahap ini akan dianalisis dan juga digunakan untuk menyusun instrumen kuesioner yang akan digunakan pada metode kuantitatif. Tahapan metode kuantitatif dilakukan untuk mengetahui persepsi pengunjung terkait intervensi pada elemen pembentuk ruang pada placemaking Gedung Filateli. Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan terhadap tiga program placemaking teripilih dapat disimpulkan bahawa intervensi pada elemen cahaya dan warna merupakan intervensi paling signifikan diantara tujuh elemen lainnya. Penelitian ini mengingatkan bahwa salah satu upaya untuk melestarikan keberadaan bangunan heritage ditengah kehidupan modern dapat melalui menghadirkan fungsi baru yang mendukung kebutuhan masyarakat saat ini.