digilib@itb.ac.id +62 812 2508 8800

Infeksi Saluran Pernapasan Akut (ISPA) merupakan salah satu ancaman kesehatan yang timbul akibat perubahan iklim dan merupakan salah satu penyakit yang paling umum terjadi pada manusia di seluruh dunia. Studi sebelumnya tentang hubungan antara variabilitas iklim dan ISPA atau patogen ISPA melaporkan temuan yang tidak konsisten, serta dampak faktor iklim pada ISPA masih belum sepenuhnya dipahami. Di lain sisi, model epidemik tradisional seringkali hanya berfokus pada dimensi temporal, tetapi mengabaikan variasi spasial yang dapat memberikan wawasan berguna mengenai pola penularan penyakit. Tugas Akhir ini bertujuan untuk meninjau kaitan antara data historis iklim dan penyakit ISPA, meninjau cara mengkonstruksi model deteksi dini untuk penyakit ISPA dengan menggunakan informasi iklim, serta dengan menggunakan informasi spasiotemporal. Data kejadian kasus ISPA yang digunakan dalam penelitian ini berasal Dinas Kesehatan DKI Jakarta dan data iklim berasal dari Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) DKI Jakarta. Analisis visual dilakukan dengan menggabungkan diagram antara data kejadian kasus ISPA dengan data faktor iklim untuk meninjau perilaku data ISPA dengan menjadikan persentil ke-70 dan persentil ke-75 data faktor iklim sebagai acuan. Analisis temporal dilanjutkan dengan pengembangan model regresi menggunakan model autoregressive (AR), Korelasi Peringkat Spearman, model regresi Poisson, dan model regresi Binomial Negatif. Epidemic forest digunakan sebagai alat utama pada model epidemi yang melibatkan informasi spasial. Pengolahan data, sejumlah metode matematika, dan analisis bobot faktor perlu digunakan untuk mengelola data input di dalam algoritma epidemic forest. Hasil analisis temporal menunjukkan adanya korelasi antara iklim dengan kejadian kasus ISPA. Model regresi menghasilkan koefisien determinasi ????2 di atas 50%, kecuali untuk daerah dengan jumlah penyakit di bawah 35 kejadian kasus. Epidemic forest menunjukkan bahwa terdapat banyak kecamatan pada DKI Jakarta yang dapat menjadi akar dari penyebaran penyakit Pneumonia sehingga diperlukan sistem pencatatan kejadian kasus Pneumonia yang cepat dan baik maupun penghimbauan kepada masyarakat untuk melaporkan dengan segera kejadian kasus Pneumonia yang sedang terjadi.