digilib@itb.ac.id +62 812 2508 8800

Corporate University mulai banyak dikembangkan di Indonesia awal abad ke-21, dimana salah satu pengadopsi awalnya adalah PT XYZ. XYZ Corporate University adalah salah satu divisi di bawah Functional Unit Human Capital Management di PT XYZ yang berperan dalam mengembangkan kompetensi karyawan, mendukung kinerja perusahaan, dan mengisi kesenjangan kompetensi. Dalam menjalankan perannya, XYZ Corporate University memiliki target Kinerja yang salah satunya dibuktikan melalui penilaian Index Kepuasan Pelanggan. Ada tiga pemangku kepentingan (stakeholder) yang telah rutin diukur kepuasannya yaitu peserta pelatihan, atasan peserta, dan kepala unit bisnis tempat peserta tersebut bekerja. Data menunjukkan bahwa terdapat kesenjangan antara penilaian dari peserta dengan pemimpinnya, dimana penilaian dari peserta menyatakan bahwa rata-rata penilaian sudah memenuhi target, namun hal yang berbeda terjadi pada penilaian dari atasan dan kepala unit bisnis yang masih jauh dari target nilai. Dari latar belakang ini kemudian dirumuskan tiga pertanyaan yang akan dibahas dalam penelitian ini. Pertama, benarkah ada hubungan antara pelatihan dengan persepsi XYZ Corporate University? Kedua, elemen evaluasi pelatihan apa saja yang memengaruhi persepsi tentang pelatihan XYZ Corporate University? Terakhir pertanyaan ketiga yaitu rekomendasi apa yang dapat diajukan untuk meningkatkan pelatihan dari XYZ Corporate University? Untuk menganalisis hubungan antara evaluasi pelatihan dan persepsi terhadap XYZ Corporate University, penulis melakukan survei kepada pegawai PT XYZ. Kuesioner disusun berdasarkan studi literatur mengenai lima level evaluasi pelatihan (sesuai model Kirkpatrick dan Jack Phillips) dan persepsi terhadap pelatihan, yang terdiri atas kepercayaan terhadap XYZ Corporate University, kompetensi XYZ Corporate University dalam menjalankan perannya, kesetiaan mengikuti program XYZ Corporate University, dan kebanggaan terhadap XYZ Corporate University. Data dikumpulkan melalui pengisian kuesioner oleh responden, dilanjutkan dengan analisis deskriptif, dan analisis regresi linear dari data yang terkumpul. Hasil dari perhitungan menggunakan alat bantu SPSS ditampilkan dalam bentuk tabel nilai yang menunjukkan tingkat korelasi dari setiap variabel bebas dan variabel terikat. Secara keseluruhan responden menilai evaluasi pelatihan dalam kategori baik dan begitu pula dalam persepsi. Selanjutnya, terbukti bahwa secara simultan lima level evaluasi pelatihan memiliki hubungan yang kuat dengan masing-masing persepsi. ecara parsial ditemukan bahwa Level 1, Level 2, dan Level 3 berpengaruh signifikan terhadap kepercayaan terhadap XYZ Corporate University. Untuk persepsi kedua yaitu kompetensi XYZ Corporate University dalam menjalankan perannya, ditemukan bahwa Level 1, Level 2, dan Level 4 yang memiliki pengaruh signifikan secara parsial. Hasil yang berbeda terjadi pada variabel terikat yang ketiga, dimana secara parsial hanya satu variabel bebas yaitu evaluasi pelatihan Level 3 yang memberikan pengaruh signifikan terhadap kesetiaan mengikuti program XYZ Corporate University. Terakhir, untuk persepsi kebanggaan ditemukan bahwa secara parsial hanya satu variabel bebas yang tidak memberikan pengaruh signifikan, yaitu Level 5. Dari hasil tersebut, XYZ Corporate University perlu melakukan prioritas pada Level 1 dan Level 3, karena dengan meningkatkan kedua variabel bebas ini dapat memengaruhi keempat variabel terikat yaitu persepsi positif terhadap XYZ Corporate University. Level 1 adalah reaksi peserta pelatihan, sehingga perlu dipastikan bahwa penyampaian pelatihan memberikan kepuasan bagi peserta. Sedangkan Level 3 adalah sikap, yaitu bagaimana pelatihan memengaruhi perubahan sikap. Hal ini bisa ditingkatkan melalui pemberian materi yang memiliki tujuan yang jelas dan bermakna sehingga peserta bisa memahami dan termotivasi untuk menerapkan perubahan sikap, sementara para pemimpinnya juga bisa memahami mengapa peserta perlu mengikuti pelatihan tertentu. Dari kelima level evaluasi pelatihan, Level 5 yaitu Return of Training Investment tidak menunjukkan pengaruh signifikan terhadap persepsi, sehingga perlu dilakukan penelitian lebih lanjut mengenai pengaruhnya terhadap pelatihan.