ABSTRAK Shinta Oktaviana
PUBLIC Yoninur Almira BAB 1 Shinta Oktaviana
PUBLIC Yoninur Almira BAB 2 Shinta Oktaviana
PUBLIC Yoninur Almira BAB 3 Shinta Oktaviana
PUBLIC Yoninur Almira BAB 4 Shinta Oktaviana
PUBLIC Yoninur Almira BAB 5 Shinta Oktaviana
PUBLIC Yoninur Almira BAB 6 Shinta Oktaviana
PUBLIC Yoninur Almira PUSTAKA Shinta Oktaviana
PUBLIC Yoninur Almira LAMPIRAN Shinta Oktaviana
PUBLIC 
Pengembangan kawasan strategis perdagangan dan jasa Angso Duo yang
berbatasan dengan Sungai Batanghari dalam Rencana Tata Bangunan dan
Lingkungan (RTBL) Tahun 2010 Kawasan Pasar Kota Jambi diarahkan
menggunakan konsep pengembangan kota tepi air atau waterfront city. Keberadaan
Jembatan Pedestrian Gentala Arasy semakin meningkatkan identitas Kota Jambi
sebagai kota tepi air atau waterfront city, namun kondisi kawasan disekitar icon
baru Kota Jambi tersebut terutama kawasan Angso Duo belum menunjukkan
pengimplementasian konsep waterfront city pada pengembangan kawasannya,
dimana atribut-atribut positif dari keberadaan elemen air yang ada belum
dimanfaatkan secara optimal. Perumusan strategi untuk meningkatkan citra kota
Jambi sebagai waterfront city pasca pembangunan jembatan Gentala Arasy perlu
dilakukan dengan melakukan pengidentifikasian terhadap identitas kota Jambi dan
kawasan Angso Duo dari sudut pandang masyarakat berdasarkan potensi, makna
sosial dan sejarah yang mereka rasakan dan melakukan penilaian mengenai
penerapan prinsip-prinsip lima elemen citra kota di Kawasan Angso Duo menurut
teori Kevin Lynch yang diterjemahkan menggunakan kriteria Organisasi Visual
Gestalt.
Jenis penelitian yang bersifat deskriptif dari hasil survei terhadap gambaran
mengenai citra Kota Jambi dan kawasan Angso Duo berdasarkan pandangan
masyarakat pasca pembangunan Jembatan Pedestrian Gentala Arasy direncanakan
agar mendukung konsep kota sebagai waterfront city. Analisis secara deskriptif
juga dilakukan dari hasil observasi lapangan terhadap lima elemen citra kota yang
ada di kawasan Angso Duo sebagai lingkup wilayah studi yang akan dinilai citranya
sebagai kawasan waterfront. Selain itu analisis deskriptif statistik juga dilakukan
pada hasil wawancara dilapangan mengenai persepsi masyarakat akan harapan
masyarakat terhadap kegiatan dan fasilitas yang harus dihadirkan dalam upaya
pengembangan kawasan sebagai waterfront city. Hal-hal tersebut menjadi dasar
dalam merumuskan strategi-strategi peningkatan citra Kota Jambi sebagai
waterfront city.
Masyarakat pada akhirnya memilih dan menyukai identitas Kota Jambi sebagai
Kota Tepi Air (Waterfront City) karena merasa Kota Jambi memiliki potensi
geografis Sungai Batanghari yang harus dimanfaatkan, sejarah yang harusiii
dilestarikan dan makna sosial dengan beragam aktivitas di tepian sungai yang harus
di wadahi. Untuk memperkuat citra kota sebagai waterfront city, perkuatan image
perlu dilakukan pada Kawasan Angso Duo sebagai ‘tanah pilih’ dalam legenda
peradaban Kota Jambi. Kawasan ini memiliki potensi sebagai kawasan metropolis
dengan fungsi mix used yang dapat memadukan fungsi rekreasi dan fungsi utama
yaitu fungsi ekonomi dan administrasi pelayanan kota. Lima elemen fisik citra kota
yang ada pada kawasan belum sepenuhnya dapat memberikan kesan visual yang
baik sebagai kawasan waterfront dengan fungsi utama perdagangan dan jasa. Pada
elemen path, vegetasi belum menunjukkan adanya kontinuitas, keberadaan perabot
jalan belum memberikan kesan visual yang jelas dan jalur pedestrian yang tidak
terkoneksi ke tepian sungai. Begitu juga dengan keempat elemen lain di kawasan
perlu dilakukan perbaikan agar lebih mudah ditangkap kesan visualnya bagi
pengunjung kawasan. Selain melihat identitas kota berdasarkan elemen non fisik
dan elemen fisik, harapan masyarakat terhadap kegiatan dan fasilitas yang
dihadirkan dalam sebuah kawasan waterfront serta melakukan perbandingan
dengan kawasan waterfront lain yang menjadi salah satu masukan dalam
merumuskan strategi untuk meningkatkan citra kota Jambi sebagai waterfront city.