COVER ANDIKA
Terbatas  Irwan Sofiyan
» Gedung UPT Perpustakaan
Terbatas  Irwan Sofiyan
» Gedung UPT Perpustakaan
BAB 1 ANDIKA
Terbatas  Irwan Sofiyan
» Gedung UPT Perpustakaan
Terbatas  Irwan Sofiyan
» Gedung UPT Perpustakaan
BAB 2 ANDIKA
Terbatas  Irwan Sofiyan
» Gedung UPT Perpustakaan
Terbatas  Irwan Sofiyan
» Gedung UPT Perpustakaan
BAB 3 ANDIKA
Terbatas  Irwan Sofiyan
» Gedung UPT Perpustakaan
Terbatas  Irwan Sofiyan
» Gedung UPT Perpustakaan
BAB 4 ANDIKA
Terbatas  Irwan Sofiyan
» Gedung UPT Perpustakaan
Terbatas  Irwan Sofiyan
» Gedung UPT Perpustakaan
BAB 5 ANDIKA
Terbatas  Irwan Sofiyan
» Gedung UPT Perpustakaan
Terbatas  Irwan Sofiyan
» Gedung UPT Perpustakaan
Penelitian ini mengkaji aktivitas gelombang Rossby ekuatorial (ER) di atas Benua
Maritim Indonesia yang terkait dengan propagasi Madden-Julian Oscillation
(MJO) saat kejadian crossing (MJO-C) dan blocked (MJO-B). Studi sebelumnya
telah menunjukkan bahwa peristiwa MJO-B dikarakterisasi oleh adanya propagasi
anomali kering ke barat yang disebut transient dry precursor (TDP), tetapi peran
gelombang ER pada kejadian tersebut belum dipelajari secara menyeluruh. Di sini,
21 kejadian MJO-C dan 12 kejadian MJO-B dari tahun 1998 hingga 2015—yang
telah diidentifikasi pada studi sebelumnya—dianalisis. Analisis komposit Vertical
Integrated Moisture Transport (VIMT) dilakukan pertama-tama untuk meneliti
perbedaan anomali transpor kelembapan. Analisis spektrum ruang-waktu kemudian
diaplikasikan pada data Outgoing Longwave Radiation (OLR) untuk
mengidentifikasi aktivitas gelombang ER. Spektrum frekuensi-bilangan gelombang
yang dihasilkan kemudian digunakan dalam analisis lebih lanjut.
Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa peristiwa MJO-B dikarakterisasi oleh
adanya sebuah pelemahan transpor kelembapan di level bawah (di bawah 700 hPa)
yang menuju Samudera Hindia yang terkait dengan kejadian TDP awal di Samudera
Pasifik—yang berasosiasi kuat dengan gelombang ER yang berpropagasi ke barat.
Meskipun aktivitas gelombang ER diidentifikasi pada kejadian MJO-C dan MJOB,
gelombang ER pada kejadian MJO-B memiliki amplitudo dan fase tertentu untuk
menginduksi angin kencang di Samudera Hindia yang dapat menyebabkan
pengurangan transpor kelembapan yang dibutuhkan untuk meningkatkan konveksi
pada tahap awal pembentukan MJO.