Curah hujan di suatu wilayah dipengaruhi oleh beberapa faktor, salah satunya faktor
antartahunan (interannual). Dua contoh faktor antartahunan yang memengaruhi
curah hujan adalah La Niña dan La Niña Modoki. Baik La Niña maupun La Niña
Modoki diteorikan menyebabkan peningkatan curah hujan di benua maritim,
termasuk Pulau Papua. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui komparasi
dampak La Niña dan La Niña Modoki terhadap anomali curah hujan di Pulau Papua
dalam satu periode iklim (Desember 1990–November 2020), serta menjelaskan
mekanisme transpor kelembapan yang memengaruhi kondisi tersebut. Kajian
dikelompokkan secara musiman.
Data yang digunakan yaitu presipitasi bulanan dari Climate Hazards Group
InfraRed Precipitation with Station (CHIRPS), suhu permukaan laut Pasifik
ekuatorial dari Hadley Centre's sea ice and sea surface temperature (HadISST)
v1.1, suhu Niño3 dari Physical Sciences Laboratory NOAA, dan fluks uap air
terintegrasi vertikal dari ECMWF Reanalysis Version 5 (ERA5) Monthly Averaged
Data on Single Levels.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa ketika terjadi La Niña atau La Niña Modoki,
separuh Pulau Papua (sisi selatan) merespons dengan anomali curah hujan positif
dan sifat hujan atas normal, sementara itu separuh sisanya (sisi utara) merespons
dengan anomali negatif lemah. Kondisi ini tampak paling kuat pada kejadian musim
Juni-Juli-Agustus (JJA), dan berlanjut hingga kejadian musim September-Oktober
November (SON) meski agak melemah. Adapun anomali curah hujan saat kejadian
DJF termasuk lemah. La Niña Modoki saat Maret-April-Mei (MAM) juga
menyebabkan anomali positif seperti saat musim SON. Transpor kelembapan ke
arah sisi selatan Pulau Papua pada umumnya berasal dari lautan arah timur-tenggara
memasuki sisi selatan pulau. Hal ini konsisten dengan persebaran anomali curah
hujan positif yang didominasi wilayah selatan pulau tersebut. Anomali curah hujan
yang disebabkan transpor kelembapan ketika La Niña lebih kuat daripada ketika La
Niña Modoki.