Berdasarkan pengolahan data awal pada data kecepatan angin yang didapatkan dari tower meteorologi yang terpasang di Hamba Praing, Pulau Sumba, terdapat perbedaan variasi pola kecepatan angin diurnal antara musim hujan dan kemarau. Pada musim hujan, pola kecepatan angin diurnal bernilai maksimum pada saat siang hari atau bisa disebut dengan pola diurnal. Sedangkan pada musim kemarau, pola kecepatan angin diurnal bernilai maksimum pada saat pagi dan sore hari atau disebut dengan pola semidiurnal. Namun, penyebab terjadinya perbedaan pola kecepatan angin diurnal tersebut masih belum diketahui penyebabnya.
Pada penelitian ini digunakan data kecepatan angin observasi yang didapatkan dari tower meteorologi dari bulan Oktober 2012 – Desember 2015, dan data Final Analysis (FNL) yang digunakan sebagai input pada simulasi model WRF. Pada data kecepatan angin observasi dilakukan proses quality control untuk menghilangkan efek tower shading. Kemudian, dilakukan pemilihan waktu kajian untuk disimulasikan dengan melakukan analisis diurnal harmonik untuk melihat amplitudo frekuensi terjadinya pola diurnal dan semidiurnal. Setelah itu, dilakukan simulasi dengan menggunakan model WRF dan verifikasi pada hasil luaran WRF untuk melihat kesesuaian pola kecepatan angin diurnal luaran WRF dengan pola kecepatan angin diurnal klimatologinya. Karena lokasi kajian berada di daerah pantai, maka dilakukan identifikasi pengaruh dari angin darat-laut dengan mendekomposisi kecepatan angin horizontal, melakukan perhitungan gradien temperatur daratan-lautan, dan menganalisis energi neto permukaan untuk menjelaskan waktu/fase perbedaan temperatur yang terjadi.
Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa pada saat kecepatan angin diurnal bernilai maksimum sedang terjadi angin laut. Pada musim hujan, saat kecepatan angin bernilai maksimum diikuti dengan perbedaan temperatur daratan-lautan yang bernilai maksimum. Sedangkan pada musim kemarau, saat kecepatan angin bernilai maksimum tidak diikuti dengan perbedaan temperatur yang bernilai maksimum, akan tetapi waktu/fasenya bergeser. Terjadinya perbedaan temperatur tersebut karena terdapat perbedaan pada energi neto permukaan yang banyak dipengaruhi oleh faktor radiasi neto permukaan dengan kontribusi terbesar yaitu dari radiasi gelombang pendek yang mengarah ke bawah (downward shortwave radiation).