Kayu secang (Caesalpinia sappan L.), daun cengkeh (Syzygium aromaticum (L.) Merr. & L.M. Perry),
dan daun mimba (Azadirachta indica A. Juss.) secara tradisional umum digunakan masyarakat
Indonesia sebagai obat antibakteri dan peningkat sistem imun. Penelitian ini bertujuan untuk
menguji efek imunomodulator dari ekstrak etanol kayu secang (EEKS), ekstrak etanol daun cengkeh
(EEDC), dan ekstrak etanol daun mimba (EEDM) secara in vivo pada mencit Swiss Webster dengan
metode bersihan karbon. Sebanyak 36 ekor hewan uji dibagi menjadi 9 kelompok yang terdiri dari
(1) kontrol negatif (CMC-Na 0,5%), (2) deksametason 2 mg/kg BB, (3) Stimuno® 30 mg/kg BB, (4)
EEKS 100 mg/kg BB, (5) EEKS 200 mg/kg BB, (6) EEDC 100 mg/kg BB, (7) EEDC 200 mg/kg BB, (8)
EEDM 100 mg/kg BB, dan (9) EEDM 200 mg/kg BB. Semua dosis diberikan secara peroral selama
tujuh hari kecuali kelompok deksametason yang diberikan secara intraperitoneal pada hari ketujuh.
Pada hari ketujuh, semua kelompok diinjeksikan suspensi karbon secara intravena dan diambil
sampel darah pada menit ke-0 dan ke-15 untuk kemudian diukur absorbansinya menggunakan
pembaca mikroplat. Nilai absorbansi digunakan untuk menghitung konstanta bersihan karbon yang
kemudian dibandingkan untuk memperoleh indeks fagositik. Organ hati dan limpa hewan uji
diambil untuk menghitung indeks organ. Hasil penelitian menunjukkan bahwa kelompok EEKS,
EEDC, EEDM dosis 100 dan 200 mg/kg BB memiliki indeks fagositik 1,68±0,21; 2,02±0,39; 1,62±0,36,
2,36±0,43; 1,88±0,35; dan 2,49±0,56 secara berturut-turut yang bersifat imunostimulan. Kelompok
EEKS dosis 200 mg/kg BB, EEDC dosis 200 mg/kg, dan EEDM 200 mg/kg BB mengalami peningkatan
yang signifikan pada indeks organ hati sedangkan kelompok EEDC dosis 200 mg/kg, EEDM dosis 100
dan 200 mg/kg BB mengalami peningkatan yang signifikan pada indeks organ limpa.