Keparahan gejala COVID-19 diasosiasikan dengan disregulasi respons imun
bawaan dan adaptif yang direpresentasikan oleh hyperinflammatory response dan
cytokine storm. Fenomena ini dikarakterisasikan dengan pelepasan berkepanjangan
sitokin dan kemokin proinflamatori serta mediator imun lainnya secara tidak
terkendali akibat infeksi SARS-CoV-2. Selanjutnya, progresi terjadi menuju ARDS,
diikuti oleh kegagalan multiorgan dan kematian. Deksametason kemudian dipilih
sebagai salah pengobatan pada pasien COVID-19 bergeja parah karena mampu
menurunkan laju mortalitas, namun penggunaannya terbatas pada kondisi tertentu
dan terindikasi dapat memperburuk kondisi pasien hingga menyebabkan kematian.
Melalui meta-analysis data transkriptomik bulk RNA-seq, penelitian ini bertujuan
untuk mengetahui gene signature pada pasien COVID-19 bergejala parah yang
memperoleh perlakuan deksametason. Meta-analysis dilakukan pada 2 penelitian
(GSE206264 dan GSE227585) menggunakan metode Fisher’s dan inverted normal
menunjukkan terdapat 406 gen mengalami perubahan ekspresi gen secara
signifikan akibat pengaruh deksametason (FDR = 0.05, lfc ? 2). Meta-analysis
menunjukkan bahwa deksametason memengaruhi regulasi ekspresi gen pada pasien
COVID-19 bergejala parah dengan menurunkan ekspresi pada 75 gen dan
menaikkan ekspresi pada 108 gen. Gene signature yang teridentifkasi mengalami
penurunan ekspresi akibat perlakuan deksametason meliputi ISG15 (lfc = -
3.18831971), RSAD2 (lfc = -3.10198007), USP18 (lfc = - 2.857152), CARD17P (lfc
= - 2.73849690), IFI44L (lfc = -2.6045443), OAS3 (lfc = -2.56874714), IFIT1 (lfc
= -2.54700652), IFIT3 (lfc = -2.405630), IFIT2 (lfc = -2.391384), dan SERPING
(lfc = - 2.36434415). Perubahan ekspresi gen yang teridentifkasi meliki keterkaitan
dengan beberapa proses biologis termasuk respons pertahanan terhadap virus,
respons pertahanan terhadap simbion, respons terhadap virus, respons pertahan
terhadap organisme lain, respons terhadap stimulus biotik. Kesimpulan yang
diperoleh dari penelitian ini adalah perlakuan deksametason menunjukkan peran
imunomodulator dengan menekan pensinyalan interferon yang memengaruhi
regulasi beberapa interfeon stimulated genes yang berperan dalam mekanisme
antivirus. Mekanisme ini kemudian mampu meredakan respons inflamasi pada
pasien COVID-19 bergejala parah