Topik disertasi ini adalah semangat kebangsaan sebagai ekspresi seni yang terkandung di dalam karya seni
batik Hardjonagoro Go Tik Swan. Hardjonagoro Go Tik Swan (1931-2008) adalah seorang kolektor,
desainer, dan pemikir seni, serta budaya Indonesia, mendesain batik setelah mendapatkan mandat dari
Presiden pertama Indonesia, Ir. Soekarno. Hardjonagoro Go Tik Swan menciptakan batik bukan sebatas
identitas kedaerahan tertentu, melainkan rangkuman kekayaan seni batik Indonesia yang mampu
menyatukan rasa kebangsaan. Dalam penelitian ini dianalisis karya Hardjonagoro Go Tik Swan, yaitu
Sawunggaling Latar Banyumili, Kumudowati Ilat Geni, Pisan Bali, Gedebyah, dan Parang Bimo Kurdo.
Penelitian ini menggunakan pendekatan kebudayaan dengan pisau analisis Etno-Semiotika. Permasalahan
yang dianalisis dalam penelitian ini konstruksi visual untuk menyampaikan pesan Soekarno dalam batik,
sikap atau perilaku berkarya dan latar belakang ide tentang pembaharuan dalam kreasi batik serta relasi
wujud batik Hardjonagoro Go Tik Swan era 1956-1966 dengan semangat kebangsaan. Beberapa temuan
dalam penelitian, yaitu Pertama, kontruksi tanda visual dalam batik Go Tik Swan pada tingkatan mode of
compotition, sangat mengutamakan prinsip desain formalistik. Kedua, sikap atau perilaku meleburkan diri
dalam berkarya yang dimaknai sebagai penyatuan diri antara Hardjonagoro Go Tik Swan dengan batik
sehingga menciptakan suatu karya baru yang keluar dari pakem. Ketiga, batik karya Hardjonagoro Go Tik
Swan membangun konstruksi tanda visual melalui keragaman berbagai tradisi etnik Jawa, Bali, dan
Tionghoa. Keempat, ruang pengetahuan baru tentang penerapan suatu nilai moral kebangsaan dalam batik
yang mempunyai daya pembentuk sikap tentang keteladanan dalam kehidupan berbangsa. Kelima, dalam
tahap pembentukan sikap atau moral, batik sebagai karya seni tradisional sebagaimana media lain dapat
berfungsi sebagai penguat (reinforcement) semangat kebangsaan persatuan dalam kebhinekaan (unity in
diversity). Keenam, relasi wujud rupa dengan ketepatan nilai semangat kebangsan yang dikembangkan
dalam batik Hardjonagoro Go Tik Swan, yaitu ketepatan konstruksi visual, subjek matter dengan nilainilai kehidupan masyarakat sesuai dengan momentum peristiwa antara tahun 1956-1966. Berdasarkan
temuan tersebut dirumuskan suatu perspektif estetik batik, yaitu bahwa batik mewakili nilai-nilai semangat
kebangsaan, sekaligus dapat menjadi media komunikasi estetik yang mengangkat konsep nasionalisme dan patriotisme.