digilib@itb.ac.id +62 812 2508 8800

COVER Maryam Nazihah
PUBLIC Open In Flip Book Alice Diniarti

BAB 1 Maryam Nazihah
PUBLIC Open In Flip Book Alice Diniarti

BAB 2 Maryam Nazihah
Terbatas Open In Flip Book Alice Diniarti
» ITB

BAB 3 Maryam Nazihah
Terbatas Open In Flip Book Alice Diniarti
» ITB

BAB 4 Maryam Nazihah
Terbatas Open In Flip Book Alice Diniarti
» ITB

BAB 5 Maryam Nazihah
Terbatas Open In Flip Book Alice Diniarti
» ITB

PUSTAKA Maryam Nazihah
PUBLIC Open In Flip Book Alice Diniarti

Tembakau (Nicotiana tabacum L.) di Indonesia sebagian besar hanya dimanfaatkan sebagai bahan baku industri rokok. Di lain sisi, rokok dianggap memiliki banyak dampak negatif sehingga mendorong banyak negara termasuk Indonesia untuk membuat kebijakan yang menekan produksi rokok. Namun, kebijakan ini dapat berimbas pada nasib petani tembakau. Diperlukan alternatif diversifikasi produk olahan tembakau agar pemanfaatan tanaman ini tidak bergantung pada industri rokok. Tembakau menghasilkan senyawa solanesol yang banyak digunakan sebagai senyawa prekursor dalam produksi koenzim Q10, senyawa yang dapat dimanfaatkan sebagai bahan baku obat, suplemen, dan kosmetik. Salah satu mikroba yang memproduksi koenzim Q10 dengan baik adalah Agrobacterium tumefaciens. Penelitian ini bertujuan untuk menentukan pengaruh waktu fermentasi yeast extract broth oleh A. tumefaciens dengan penambahan prekursor solanesol sebesar 2,5 g L-1 yang diekstrak dari daun tembakau. Variasi waktu yang digunakan adalah 12, 24, 48, 72, 96, dan 120 jam. Ekstraksi dilakukan dengan metode heatreflux dengan penggunaan n-heksana sebagai pelarutnya dan fermentasi dilakukan menggunakan fermentasi terendam (submerged fermentation, SmF). Analisis perolehan koenzim Q10 dilakukan dengan High Performance Liquid Chromatography (HPLC). Hasil penelitian menunjukkan perolehan ekstrak kasar solanesol berada pada rentang 0,76–1,97% (b/b). Berat kering sel yang dihasilkan setelah fermentasi selama 12, 24, 48, 72, 96, dan 120 jam berturut-turut sebesar 0,04; 0,22; 1,94; 2,91; 3,32; dan 3,40 g L-1. Peningkatan berat kering sel terbesar berada pada waktu fermentasi 48 jam, mencapai 773%. Perolehan koenzim Q10 terbesar dihasilkan setelah fermentasi selama 48 jam, yaitu sebesar 13,96 mg L-1 dengan produktivitas sebesar 0,29 mg L-1h-1.