Kulit merupakan garis pertahanan pertama untuk melawan patogen serta menjadi tempat untuk
tumbuhnya diversitas populasi mikroba.Mayoritas mikroba tersebut merupakan komensal permanen
maupun sementara.Namun terjadinya disbiosis mikroba, dapat membuat bakteri komensal menjadi
patogen.Bakteri yang dapat menjadi patogen dan umumnya menyebabkan penyakit pada kulit
diantaranya adalah Staphylococcus aureus dan Pseudomonas aeruginosa.Penyembuhan penyakit
pada kulit menggunakan antibiotik dinilai efektif, namun dapat memunculkan masalah baru yaitu
resistensi.Salah satu bahan alam yang dapat menjadi solusi alternatif untuk menghambat
pertumbuhan mikroba yaitu Virgin Coconut Oil (VCO). VCO merupakan minyak dari daging kelapa
segar yang mengandung 90% asam lemak jenuh. Kemampuan VCO efektif jika dalam bentuk
terurainya yaitu di asam laurat dan monolaurin yang dapat menghambat atau membunuh bakteri
dengan menganggu atau menghancurkan lemak pada sel membran bakteri, selain itu dapat juga
dengan cara menginhibisi produksi enzim dan transfer nutrisi. Selain sebagai antimikroba, VCO juga
bermanfaat sebagai antioksidan, pembersih kulit, mencegah kekeringan dan menghaluskan
kulit.Oleh karena itu, VCOcocok digunakan sebagai bahan sediaan kosmetik seperti krim, salep dan
lain sebagainya. Pada penelitian ini dilakukan penentuan nilai Konsentrasi Hambat Minimum
(KHM) dari Virgin Coconut Oil (VCO) terhadap bakteri yang umumnya terdapat pada kulit yaitu
Staphylococcus aureus dan Pseudomonas aeruginosa, dengan variasi konsentrasi yang digunakan
yaitu 6,25% v/v; 12,5% v/v; 25% v/v; 50% v/v dan 100%v/v yang dilarutkan pada pelarut Dimethyl
Sulfoxide (DMSO). Umur inokulum optimum ditentukan terlebih dahulu melalui pembuatan kurva
baku dan kurva tumbuh, sehingga didapat umur optimum untuk P.aeruginosa (8 jam) dan S.aureus
(6 jam). Penentuan KHM dilakukan dengan metode Kirby Bauer dengan variasi kerapatan sel yaitu
105 cfu/mL, 106 cfu/mL, 107 cfu/mL dan 108 cfu/mL. Pada masing-masing kerapatan sel tersebut,
ditanamkan cakram berukuran 6 mm dan ditetesi 15?l dari setiap variasi konsentrasi VCO. Uji lipase
secara kualitatif menggunakan agar lemak juga dilakukan pada tiap variasi jumlah sel. Kontrol
negatif yang digunakan yaitu DMSO, dan kontrol positif berupa antibiotik ampicillin dan amoxicillin
pada konsentrasi 1 mg/mL, 5 mg/mL dan 10 mg/mL. Penentuan KHM dilakukan dengan mengukur
keberadaan zona bening yang terbentuk di sekitar cakram.Uji statistik dilakukan dengan metode
One-Way ANOVA dengan tingkat kepercayaan 95% untuk menentukan signifikansi tiap variasi
konsentrasi VCO yang digunakan. Hasil pengukuran zona hambat sesuai standar Asian Pharmatical
and ClinicalResearch menunjukkan bahwa VCO memiliki sifat antimikroba dengan konsentrasi
hambat minimum sebesar 50% v/v (VCO dalam DMSO) pada jumlah sel bakteri 107 cfu/ml dan 108
cfu/ml. Rata-rata hasil pengukuran diameter zona hambat pada tiap konsentrasi VCO (6,25% v/v;
12,5% v/v’ 25% v/v, 50% v/v dan 100%v/v) untuk P. aeruginosa 107 cfu/mL dan 108 cfu/mL
berturut-turut yaitu (6,00 ±0,00; 6,00 ±0,00; 6,33 ±0.57; 8,66 ±0.57; 12,33 ±0.57)mm dan (6,00 ±0,00;
6,00 ±0,00; 6,67 ±0,57; 13,33 ±0.57; 15,67 ±0.57)mm, sedangkan untuk S. aureus 107 cfu/mL dan 108
cfu/mL berturut-turut yaitu (6,00 ±0,00; 6,00 ±0,00; 6,33 ±0,00; 11,33 ±0,57; 14,33 ±0,57)mm dan
(6,00 ±0,00; 6,00 ±0,00; 6,33 ±0,57; 13,66 ±0,57; 16,67 ±0,57)mm. Uji lipase secara kualitatif
menujukkan lipase yang dihasilkan dapat menguraikan VCO sehingga menghasilkan daerah hambat
pada jumlah sel 107 cfu/ml dan 108 cfu/ml untuk P.aeruginosa dan S.aureus. Zona hambat yang
terbentuk pada MIC 50% v/v dengan jumlah sel 108 cfu/mL setara dengan konsentrasi antibiotik
ampicillin 5 mg/mL dan amoxicillin 1 mg/mL. Berdasarkan uji One-Way ANOVA variasi
konsentrasi VCO 6,25% v/v; 12,5% v/v; 25% v/v; 50% v/v dan 100%v/v memiliki perbedaan nilai
yang signifikan (p<0.05).