digilib@itb.ac.id +62 812 2508 8800

Kulit merupakan garis pertahanan pertama untuk melawan patogen serta menjadi tempat untuk tumbuhnya diversitas populasi mikroba.Mayoritas mikroba tersebut merupakan komensal permanen maupun sementara.Namun terjadinya disbiosis mikroba, dapat membuat bakteri komensal menjadi patogen.Bakteri yang dapat menjadi patogen dan umumnya menyebabkan penyakit pada kulit diantaranya adalah Staphylococcus aureus dan Pseudomonas aeruginosa.Penyembuhan penyakit pada kulit menggunakan antibiotik dinilai efektif, namun dapat memunculkan masalah baru yaitu resistensi.Salah satu bahan alam yang dapat menjadi solusi alternatif untuk menghambat pertumbuhan mikroba yaitu Virgin Coconut Oil (VCO). VCO merupakan minyak dari daging kelapa segar yang mengandung 90% asam lemak jenuh. Kemampuan VCO efektif jika dalam bentuk terurainya yaitu di asam laurat dan monolaurin yang dapat menghambat atau membunuh bakteri dengan menganggu atau menghancurkan lemak pada sel membran bakteri, selain itu dapat juga dengan cara menginhibisi produksi enzim dan transfer nutrisi. Selain sebagai antimikroba, VCO juga bermanfaat sebagai antioksidan, pembersih kulit, mencegah kekeringan dan menghaluskan kulit.Oleh karena itu, VCOcocok digunakan sebagai bahan sediaan kosmetik seperti krim, salep dan lain sebagainya. Pada penelitian ini dilakukan penentuan nilai Konsentrasi Hambat Minimum (KHM) dari Virgin Coconut Oil (VCO) terhadap bakteri yang umumnya terdapat pada kulit yaitu Staphylococcus aureus dan Pseudomonas aeruginosa, dengan variasi konsentrasi yang digunakan yaitu 6,25% v/v; 12,5% v/v; 25% v/v; 50% v/v dan 100%v/v yang dilarutkan pada pelarut Dimethyl Sulfoxide (DMSO). Umur inokulum optimum ditentukan terlebih dahulu melalui pembuatan kurva baku dan kurva tumbuh, sehingga didapat umur optimum untuk P.aeruginosa (8 jam) dan S.aureus (6 jam). Penentuan KHM dilakukan dengan metode Kirby Bauer dengan variasi kerapatan sel yaitu 105 cfu/mL, 106 cfu/mL, 107 cfu/mL dan 108 cfu/mL. Pada masing-masing kerapatan sel tersebut, ditanamkan cakram berukuran 6 mm dan ditetesi 15?l dari setiap variasi konsentrasi VCO. Uji lipase secara kualitatif menggunakan agar lemak juga dilakukan pada tiap variasi jumlah sel. Kontrol negatif yang digunakan yaitu DMSO, dan kontrol positif berupa antibiotik ampicillin dan amoxicillin pada konsentrasi 1 mg/mL, 5 mg/mL dan 10 mg/mL. Penentuan KHM dilakukan dengan mengukur keberadaan zona bening yang terbentuk di sekitar cakram.Uji statistik dilakukan dengan metode One-Way ANOVA dengan tingkat kepercayaan 95% untuk menentukan signifikansi tiap variasi konsentrasi VCO yang digunakan. Hasil pengukuran zona hambat sesuai standar Asian Pharmatical and ClinicalResearch menunjukkan bahwa VCO memiliki sifat antimikroba dengan konsentrasi hambat minimum sebesar 50% v/v (VCO dalam DMSO) pada jumlah sel bakteri 107 cfu/ml dan 108 cfu/ml. Rata-rata hasil pengukuran diameter zona hambat pada tiap konsentrasi VCO (6,25% v/v; 12,5% v/v’ 25% v/v, 50% v/v dan 100%v/v) untuk P. aeruginosa 107 cfu/mL dan 108 cfu/mL berturut-turut yaitu (6,00 ±0,00; 6,00 ±0,00; 6,33 ±0.57; 8,66 ±0.57; 12,33 ±0.57)mm dan (6,00 ±0,00; 6,00 ±0,00; 6,67 ±0,57; 13,33 ±0.57; 15,67 ±0.57)mm, sedangkan untuk S. aureus 107 cfu/mL dan 108 cfu/mL berturut-turut yaitu (6,00 ±0,00; 6,00 ±0,00; 6,33 ±0,00; 11,33 ±0,57; 14,33 ±0,57)mm dan (6,00 ±0,00; 6,00 ±0,00; 6,33 ±0,57; 13,66 ±0,57; 16,67 ±0,57)mm. Uji lipase secara kualitatif menujukkan lipase yang dihasilkan dapat menguraikan VCO sehingga menghasilkan daerah hambat pada jumlah sel 107 cfu/ml dan 108 cfu/ml untuk P.aeruginosa dan S.aureus. Zona hambat yang terbentuk pada MIC 50% v/v dengan jumlah sel 108 cfu/mL setara dengan konsentrasi antibiotik ampicillin 5 mg/mL dan amoxicillin 1 mg/mL. Berdasarkan uji One-Way ANOVA variasi konsentrasi VCO 6,25% v/v; 12,5% v/v; 25% v/v; 50% v/v dan 100%v/v memiliki perbedaan nilai yang signifikan (p<0.05).